Suara.com - Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) mengungkapkan kota besar di Indonesia dalam lima tahun terakhir ternyata tidak relatif nyaman untuk dihuni. Sehingga memerlukan penanganan multidimensi dengan pendekatan manajemen pembangunan kota yang inovatif.
"Data tentang itu akan disampaikan dalam pertemuan pemangku kepentingan kota dunia dan Indonesia terpilih menjadi tuan rumah, tepatnya Kongres Dunia ke-24 tentang Kota-Kota Dunia bertema 'Towards Resilient and Smart Cities: Inovation, Planning and Determination in Managing Major Cities of The World pada Agustus tahun ini di Jakarta," kata Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro kepada pers, di Jakarta, Kamis (19/6/2014).
Menurut dia, pada kesempatan itu sebanyak 50 wali kota dan pemimpin daerah kawasan Asia Pasifik dan nusantara akan hadir dalam Kaukus Wali kota. Mereka akan menghasilkan sikap pandangan dan posisi para wali kota dalam tata kelola kota-kota menuju kota nyaman dan cerdas serta berketahanan.
"Hal-hal terkait dengan kenyamanan dan ketersediaan sebuah kota di Indonesia itu akan terangkum dalam Most Livable City Index (MLCI) dan data 2009 dan 2011, yakni hampir 50 persen penduduk kota Indonesia merasa bahwa kotanya tidak nyaman dihuni. Tidak berubah banyak dalam lima tahun terakhir. MLCI di tahun 2014 akan melihat kembali kondisi ini dan diharapkan menjadi referensi bagi para wali kota dalam menyusun prioritas programnya ke depan," katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU), Hermanto Dardak, mengatakan, terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah kongres dunia harus dimanfaatkan dengan baik untuk menjawab isu-isu perkotaan, seperti pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, pemanfaatan energi yang semakin meningkat, sehingga menyebabkan daya saing perkotaan tersebut menurun.
"Acara ini peluang kita dalam perencanaan dan pembangunan kota-kota yang semakin menjadi penting di Indonesia, apa yang kita alami dengan kondisi ini kota-kota kita tumbuh," kata Hermanto.
Hermanto menambahkan, untuk menuju kota yang tangguh dan nyaman itu perlu dicari model pemecahannya seperti apa. Selain itu tentunya harus ada rekomendasi sebaiknya seperti apa kota-kota di Indonesia dengan melihat kemajuan yang dilakukan negara-negara lain.
"Selain itu bagaimana para kepala daerah tadi bisa mengadaptasi dan menerapkannya, saat ini di Kementerian PU sudah kerjasama dengan 112 Kota/Kab, antara lain sudah berhasil merancang disain yang semakin baik dan sedang direalisasikan di kota tadi," kata Hermanto. (Antara)