Suara.com - Melonjaknya harga minyak dunia membuat dua mata uang di Asia terpuruk. Dua mata uang itu adalah Rupee (India) dan Rupiah (Indonesia). Kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai titik tertinggi dalam sembilan bulan terakhir memberikan tekanan kepada rupee dan rupiah.
“Rupee dan Rupiah menjadi mata uang yang paling rentan terhadap kenaikan harga minyak dunia. Karena adanya subsidi, maka permintaan tidak sejalan dengan kenaikan harga akibatnya terjadi defisit perdagangan,” kata Sacha Tihanyi, analis dari Scotiabank.
Rupiah melemah 2,7 persen pada bulan ini dan sempat menembus angka 11.997 per dolar Amerika kemarin. Sedangkan Rupee anjlok 2,2 persen. Padahal, Rupee sempat menguat 2,1 persen pada Mei dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Lonjakan itu terjadi pasca pemilihan umum yang berjalan dengan lancar dan adil.
Morgan Stanley memasukkan Rupiah dan Rupee dalam kelompok “Fragile Five” alias lima mata uang yang rentan terhadap dampak defisit perdagangan. Defisit perdagangan Indoa mencapai 11,2 miliar dolar Amerika yang merupakan titik tertinggi dalam 10 bulan terakhir.
Sedangkan defisit perdagangan Indonesia mencapai 1,96 miliar dolar Amerika pada April dan merupakan angka tertinggi sejak Juli 2013. (Bloomberg)