Suara.com - Maskapai penerbangan Tiger Air Mandala akan berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2014. Keputusan itu diambil oleh Dewan Direksi PT Mandala Airlines yang beroperasi dengan menggunakan merek Tigerair Mandala.
Diektur Utama Tigerair Mandala Paul Rombeek mengatakan, kondisi pasar yang terus menurun serta melonjaknya biaya operasional akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menjadi alasan ditutupnya Tigerair Mandala.
“Kami sudah mengurangi rute penerbangan dan juga operasional pesawat sejak empat bulan lalu. Tetapi, ternyata itu tidak cukup untuk mengurangi biaya operasional. Akhirnya, keputusan berat pun diambil untuk menutup Tigerair Mandala,” kata Paul kepada suara.com melalui sambungan telepon, Rabu (18/6/2014).
Setelah pengumuman ini, penerbangan terakhir yang akan dioperasikan oleh Mandala adalah RI545 pada tanggal 1 Juli 2014, yang dijadwalkan berangkat dari Hongkong menuju Denpasar pada pukul 02.35.
Selain penerbangan di atas, seluruh penerbangan Mandala pada tanggal 1 Juli 2014 dan seterusnya dibatalkan.
Dalam surat elektronik yang diterima suara.com, Rabu (18/6/2014), Tigerair Group akan membantu semua penumpang yang terkena dampak penghentian kegiatan operasi ini baik melalui pengalihan penerbangan ke penerbangan yang dioperasikan Tigerair (TR) jika ada kursi yang tersedia atau melalui pengembalian dana tiket yang dipesan untuk periode perjalanan pada atau setelah 1 Juli 2014.
Tigerair tidak memiliki kewajiban untuk melakukan hal ini, namun tindakan ini dilakukan secara sepihak sebagai bentuk dari niat baik Tigerair. Untuk informasi lebih lanjut, penumpang yang membutuhkan klarifikasi serta bantuan bisa mengunjungi situs Tigerair.
Selain itu, calon penumpang bisa menghubungi call center Mandala di (+62 21) 2939-6688 atau call center Tigerair terhitung dari tanggal 18 Juni 2014 hingga 31 Juli 2014.
Mandala Airlines pernah berhenti beroperasi pada 12 Januari 2011 karena masalah utang. Kreditur akhirnya berseda merestrukturisasi utang Mandala menjadi saham. Pada Mei 2011, Mandala bisa beroperasi lagi dengan pemegang saham terbesar PT Saratoga Investment Group sebesar 51%, diikuti oleh Tiger Airways dari Singapura sebesar 33%, dan 16% sisanya dimiliki oleh pemegang saham lama dan para kreditor.