Pertamina: Tidak Ada Impor Melalui Mafia Minyak

Doddy Rosadi Suara.Com
Rabu, 18 Juni 2014 | 16:50 WIB
Pertamina: Tidak Ada Impor Melalui Mafia Minyak
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Pertamina membantah impor minyak mentah maupun bahan bakar minyak dlakukan melalui pedagang atau "trader" dan perantara atau "broker" atau sering disebut mafia minyak.

Wakil Presiden Komunikasi Pertamina Ali Mundakir mengatakan impor minyak--melalui anak perusahaan, Pertamina Energy Sevices, yang 100 persen sahamnya dimiliki Pertamina--hanya dilakukan dengan mengundang langsung produsen minyak dan BBM.

Dengan demikian, lanjutnya, tidak ada lagi peran "trader" apalagi "broker" dalam proses pengadaan BBM dan minyak mentah Pertamina.

"Tidak ada lagi peran 'trader' atau 'broker' yang selama ini disebut-sebut sebagai mafia minyak," ujarnya.

Pertamina menyayangkan opini-opini yang terus dikembangkan soal tersebut.

"Tiap tahun, Pertamina dan termasuk Petral di dalamnya, juga diaudit BPK dan prosedur pengadaan dipantau KPK," katanya.

Ali juga mengatakan, pemenuhan kebutuhan minyak dan BBM mau tidak mau mesti sebagian melalui impor. Konsumsi BBM terus meningkat, sementara produksi minyak mentah terus menurun.

"Untuk menjamin ketersediaan pasokan BBM dan ketahanan energi secara keseluruhan, maka impor BBM maupun minyak mentah saat ini dan beberapa tahun mendatang menjadi keniscayaan untuk dilakukan," katanya.

Di sisi lain, tambah Ali, pihaknya terus meningkatkan efisiensi melalui transparansi dalam setiap proses pengadaan BBM dan minyak mentah yang akan diolah di kilang-kilang perusahaan.

Selain itu, untuk mengurangi ketergantungan akan impor BBM, Pertamina juga menambah kapasitas kilang, baik melalui pembangunan baru dengan menggandeng mitra maupun peningkatan kapasitas kilang yang sudah ada.

Menurut dia, Pertamina telah menyusun rencana pengembangan kilang eksisting, yaitu Balongan, Cilacap, Balikpapan, Plaju, dan Dumai dengan potensi peningkatan kapasitas produksi sebesar 50 persen pada 2018.

"Jika hal itu terealisasi, maka diharapkan impor BBM dapat ditekan dan ketahanan energi nasional semakin meningkat," ujar Ali. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI