Suara.com - Kepercayaan investor maupun pasar terhadap perekonomian Indonesia saat ini sangat tinggi. Hal ini terbukti dari terus tumbuhnya angka realisasi investasi di tanah air. Derasnya arus masuk investasi ini diperkirakan akan terus berlangsung, siapapun yang kelak menjadi Presiden RI periode 2014-2019, hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang.
Staf khusus Presiden bidang Pembangunan dan Ekonomi Firmanzah mengemukakan, secara historis sepanjang penyelenggaraan Pemilu langsung yang telah dilalui sejak 1999, perekonomian nasional bahkan menunjukkan kinerja yang relatif lebih tinggi di tahun-tahun pemilu.
Pada Pemilu 1999,menurut Firmanzah, ekonomi nasional dapat tumbuh positif 0,79 persen setelah pada 1998 berkontraksi minus 13,8 persen. Indeks Harga Saham Gabungan pada akhir 1999 tumbuh sebesar 70 persen dimana konsumsi masyarakat bertumbuh lebih dari 7 persen.
Sementara pada Pemilu 2004, lanjut Firmanzah, pertumbuhan ekonomi berada pada level 5,13 persen dan IHSG meningkat hampir 50 persen akhir 2004. Pemilu 2009, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai angka 4,6 persen walaupun tahun 2008 ekonomi dunia diperhadapkan pada krisis pasar keuangan global.
Pada 2009, Indonesia diklaim oleh dunia sebagai salah satu negara yang mampu memitigasi risiko krisis keuangan global 2008. Pertumbuhan IHSG pada akhir 2009 melonjak lebih dari 80 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Firmanzah, menjelang Pilpres 9 Juli 2014, perkembangan ekonomi nasional sepanjang Januari-Mei 2014 tetap menunjukkan fundamental yang kokoh di tengah perlambatan ekonomi global dan volatilitas harga komoditas dunia.
“Ini tentunya dapat tercermin dari tingginya realisasi investasi yang masuk sepanjang periode tersebut, tidak hanya padas ektor riil tetapi juga terjadi aliran modal masuk pada setor pasar modal,” papar Firmanzah, seperti dilansir laman resmi Sekretariat Kabinet, Senin (16/6/2014).