Suara.com - Presiden Susilo Bambangh Yudhoyono menegaskan, pemerintah berhati-hati dan tidak gegabah untuk menaikan harga BBM. Ia mengemukakan, tahun lalu, pemerintah menaikkan harga BBM, namun yang terjadi kemiskinan meningkat.
“Kebutuhannya semuanya untuk beras, ketika ada pergerakan harga utamanya pangan dan angkutan, misalnya karena kenaikan BBM directly membuat kemiskinan kita meningkat. Untuk itu pemerintah tidak mau menaikkan harga BBM. Itu jalan terakhir manakala sudah tidak ada solusi,” tegas SBY, seperti dilansir laman resmi Sekretariat Kabinet, Jumat (13/6/2014).
Presiden meminta wacana kenaikan harga BBM dibicarakan dengan baik-baik antara pemerintah dengan DPR. Dia berharap ada solusi sehingga tidak begitu saja menaikkan harga BBM.
“Ingat rakyat kita terutama yang golongan paling bawah,” pesan SBY.
Dia mengakui, subsidi yang terlalu besar di negara mana pun tidak baik. Karena itu, menurut SBY, Indonesia harus punya Blue Print atau Road Map agar subsidi tepat sasaran dan jumlahnya pas.
“Subsidi yang tepat sasaran untuk negara yang sedang memerlukan itu tidak salah, kita tidak akan masuk ekonomi neo liberalism. Kita tidak akan masuk ekonomi kapitalis yang fundamental yang seolah-olah mentabukan hal-hal semacam itu,” tegasnya.
“Untuk saudara-saudara kita yang memerlukan tidak keliru memberi subsidi. Yang salah adalah jika subsidi salah sasaran, orang yang kaya dikasih subsidi, tidak adil,” kata SBY.