Suara.com - Aksi kelompok militan yang melakukan serangan ke sejumlah kota di Irak telah membuat harga minyak mencapai titik tertinggi sejak September lalu. Akibatnya, pelaku pasar melakukan aksi jual saham sehingga membuat indeks di kawasan regional terjun bebas.
Indeks MSCI Pasifik anjlok 0,6 persen dan indeks Topix di Jepang tergelincir 0,7 persen. Nilai tukar yen juga melemah menjelang pertemuan yang dilakukan Bank of Japan hari ini. Sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 juga tergerus 0,1 persen.
“Situasi di Irak punya potensi untuk semakin memanas sehingg menimbulkan kekhawatiran. Pembalikan arah indeks saham sangat kecil karena faktor-faktor yang bisa memberikan sentimen positif tidak banyak terjadi,” kata Angus Gluskie, analis dari White Funds Management di Sydney.
Dari mayoritas perusahaan yang terdaftar di bursa regional, hanya saham perusahaan energi yang positif. Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia juga ikut terkena imbas pelemahan indeks regional.
Dalam sesi pembukaan perdagangan, Jumat (13/6/2014), IHSG merosot 7 poin atau 0,1 persen ke level 4.926.
Volume perdagangan 445 juta lot saham dengan nilai transaksi Rp526 miliar dan frekwensi 20 ribu kali.
Ada 76 saham yang naik, 85 saham turun dan 62 saham tidak berubah. Sejumlah saham yang naik antara lain Telekomunikasi Indonesia, PP London Sumatera Indonesia dan Adaro Energy. Sedangkan saham yang turun antara lain Wijaya Karya, Global Mediacom dan Alkindo Naratama. (RTI/Bloomberg)