Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (9/6/2014) sore bergerak ke posisi Rp11.778 per dolar AS.
"Data-data ekonomi Tiongkok yang menunjukkan perbaikan memunculkan optimisme bagi Indonesia yang merupakan salah satu mitra dagang, sehingga mendorong mata uang rupiah menguat di pasar uang domestik," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Ia menambahkan aktivitas bisnis Tiongkok, seperti manufaktur, dan sektor jasa menunjukkan peningkatan di bulan Mei. Neraca perdagangan Tiongkok juga mengalami surplus menjadi 35,9 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya sebesar 18,5 miliar dolar AS.
"Ekspektasi pulihnya ekonomi terbesar kedua di dunia itu disambut positif pelaku pasar uang domestik," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa sentimen dari kenaikan cadangan devisa masih menopang mata uang rupiah. Data Bank Indonesia menunjukkan cadangan devisa meningkat sekitar dua miliar dolar AS menjadi 107,05 miliar dolar AS per Mei 2014.
Dari eksternal, lanjut dia, sentimen dari bank sentral Eropa (ECB) yang menurunkan suku bunganya diproyeksikan mendorong pertumbuhan ekonomi uni Eropa.
"Negara-negara Eropa merupakan salah satu tujuan ekspor Indonesia, diharapkan ekspor kita akan membaik dan dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.790 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.823 per dolar AS. (Antara)