Pengelolaan Elpiji 3 Kilogram Dinilai Kurang Maksimal

Siswanto Suara.Com
Senin, 09 Juni 2014 | 11:46 WIB
Pengelolaan Elpiji 3 Kilogram Dinilai Kurang Maksimal
Pekerja mengangkut tabung gas ke dalam kapal di Rawa Saban, Tangerang, Banten. (Antara/Rivan Awal Lingga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjelang bulan Ramadhan, pasokan elpiji 3 kilogram di beberapa daerah masih mengalami kelangkaan dan harga yang tidak sesuai dengan ketentuan. Di daerah Banten, Jakarta, dan Jawa Barat saja, walau PT Pertamina (Persero) telah melakukan penambahan hampir 2,95 juta tabung elpiji untuk kesiapan Ramadhan, hal tersebut ternyata tidak menjamin distribusi harga dan ketersediaan di tingkat konsumen akhir stabil.

Dalam pekan ini saja masih ditemukan kelangkaan di daerah Depok dan Jakarta Timur untuk wilayah Jabotabek, tentu hal ini harus menjadi catatan penting bagi Pertamina, mengingat di luar Jabotabek kondisi kelangkaan dan tingginya harga elpiji sudah cukup lama terjadi.

Terkait kondisi elpiji 3 kilogram saat ini, anggota DPR RI Komisi VII Rofi Munawar pun memberikan catatan. “Pengelolaan elpiji 3 kilogram memprihatinkan, hampir sepanjang tahun ini tak pernah sepi dari beragam masalah seperti distribusi, harga, dan penyelewengan berdasarkan temuan di lapangan,” demikian pernyataan pers Rofi yang disampaikan kepada suara.com.

Belum lama ini, PT Pertamina (Persero) Pemasaran Jawa Bagian Barat menambah pasokan elpiji 3 kilogram di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Hal ini sebagai langkah antisipasi peningkatan kebutuhan elpiji menjelang dan selama bulan puasa tahun 2014.

Rofi memberikan catatan, kenaikan elpiji 12 kilogram yang dilakukan oleh Pertamina beberapa waktu lalu disadari telah mempengaruhi terhadap kenaikan konsumsi elpiji 3 kilogram di tingkat konsumen kelas menengah hingga bawah, bahkan di beberapa agen kecil mengatakan sudah cukup lama pasokan elpiji mengalami keterlambatan.

Kemudian di saat bersamaan adanya konversi mitan ke epiji di beberapa provinsi juga masih terkendala masalah karena kesiapan infrastruktur pendukung dan distribusi yang belum maksimal.

“Kenaikan dan kelangkaan elpiji pasti akan menambah beban ekonomi bagi masyarakat, karena di sisi lainnya harga-harga komoditas pangan juga telah mengalami kenaikan cukup signifikan saat ini,” kata Rofi.

Inventarisasi permasalahan elpiji ini tentu selama ini pasti Pertamina telah lakukan, namun ternyata realitas di lapangan masih jauh dari memuaskan. Karenanya, perlu ada rumusan yang lebih terintegrasi dalam pelaksanaan, baik secara pengawasan maupun alur distribusi. Secara nyata harga distribusi yang diserahkan ke agen, telah membuat konsumen mendapatkan elpiji yang lebih mahal.

Legislator dari Jatim VII ini mengapresiasi Pertamina yang telah menambah pasokan elpiji 3 kilogram sejak Minggu (8/6/2014), untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi saat bulan Ramadhan. Cakupan wilayah Region V meliputi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Namun, katanya, penambahan pasokan ini harus tetap diiringi dengan pengawasan dan alokasi distribusi yang baik, untuk mengindari penyimpangan dan harga yang tidak sesuai ketentuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI