Suara.com - Melonjaknya harga ayam ras di sejumlah daerah karena melonjaknya permintaan satu bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia Don S Utoyo mengatakan, naiknya permintaan terhadap ayam ras rutin terjadi setiap tahun ketika akan memasuki bulan puasa.
Kata dia, lonjakan permintaan bisa mencapai 25-30 persen. Ini yang membuat harga ayam ras naik di sejumlah daerah. Menurut Don, lonjakan harga ayam ras bukan karena adanya gangguan distribusi.
“Jadi hampir setiap tahun itu, permintaan ayam ras selalu naik ketika akan mendekati bulan puasa. Biasanya harga mulai naik satu bulan sebelum puasa hingga hari pertama dan hari kedua puasa. Setelah itu harga ayam ras akan turun lagi hingga menjelang Lebaran,” kata Don kepada suara.com melalui sambungan telepon, Rabu (4/6/2014).
Don menambahkan, kebutuhan ayam ras nasional setiap harinya sekitar 6 juta ekor per hari. Produsen tidak bisa meningkatkan produksi ayam ras karena perlu waktu panjang untuk bisa melakukan itu.
“Ayam itu kan bukan kue yang bisa langsung dinaikkan produksinya ketika permintaan tinggi. Ini perlu waktu satu sampai dua tahun. Jadi, ketika permintaan tinggi dan produksi tetap maka dampaknya harga akan naik,” jelas Don.
Don menambahkan, harga ayam ras akan naik lagi pada H-5 Lebaran hingga H-1 Lebaran. Puncak tertinggi harga ayam akan terjadi pad H-1 sore hari. Setelah Lebaran, kata dia, harga ayam ras akan kembali turun secara bertahap karena permintaan yang kembali turun.
Menjelang bulan puasa, harga ayam terus naik di sejumlah daerah. Di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, harga ayam naik Rp2 ribu hingga Rp4 ribu per ekor. Harga ayam yang tadinya Rp20 ribu per ekor naik menjadi Rp24 ribu per ekor.
Di kota Cirebon, harga ayam yang biasanya Rp25 ribu per ekor naik menjadi Rp30 ribu per ekor. Sejumlah pedagang mengungkapkan, harga ayam akan terus naik hingga memasuki bulan Ramadhan.