Suara.com - Saham Malaysia Airlines di Bursa efek Malaysia turun drastis dan merupakan penurunan terbesar yang dialami maskapai milik pemerintah Malaysia itu sejak 1998. Pada sesi perdagangan hari ini, harga saham Malaysia Airlines (MAS) turun 21,1 persen menjadi 15 sen.
Terakhir kali saham Malaysia Airlines terjun bebas terjadi ketika krisis keuangan melanda sejumlah negara Asia pada 1998. Dalam satu tahun terakhir, saham MAS sudah anjlok 63 persen. Hilangnya pesawat MH370 memberikan tekanan tambahan bagi MAS yang sebelumnya selalu mengalami kerugian.
Ketua Komite Akuntan Publik Malaysia Nur Jazlan Mohamed meminta pemerintah Malaysia untuk melepas semua sahamnya di Malaysia Airlines. Sementara itu, opsi bangkrut merupakan salah satu opsi yang bisa diambil agar Malaysia Airlines bisa melakukan restrukturisasi.
“Orang mulai percaya bahwa kali ini pemerintah Malaysia tidak akan memberikan dana talangan. Malaysia Airlines tengah menuju kebangkrutan,” kata Mohshin Aziz, analis dari Malayan Banking Bhd di Kuala Lumpur.
Perusahaan negara Khazanah Nasional mempunyai 69,4 persen saja di Malaysia Airlines. CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya tidak mengangkat telepon ketika dihubungi tentang anjloknya saham perusahaan penerbangan itu.
Minggu lalu, MAS mengungkapkan, hilangnya MH370 telah memberikan tekanan tambahan dalam biaya operasional. Dalam tiga bulan pertama di sepanjang tahun ini, MAS mengalami kerugian terbesar sejak 2011. Jumlah kerugian bersih MAS pada Januari-Maret 2014 mencapai 138 juta dolar Amerika.
Pesawat MH370 yang membawa 239 penumpang hilang sejak 8 Maret lalu, 40 menit setelah lepas landas dari bandara internasional Kuala Lumpur. Pesawat dengan tujuan Beijing itu hingga kini belum ditemukan keberadaannya. Tim pencari yang melibatkan lebih dari 12 negara masih belum bisa menemukan lokasi MH370, apakah jatuh di Samudera Hindia atau mendarat di sebuah lokasi tertentu. (Bloomberg)