Suara.com - Tren perbaikan kinerja transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat terus berlanjut pada triwulan I-2014. Defisit transaksi berjalan turun dari 4,3 miliar dolar Amerika (2,12% PDB) pada triwulan IV-2013 menjadi 4,2 miliar dolar Amerika (2,06% dari Produk Domestik Bruto/PDB) pada triwulan I-2014. Perbaikan ini bersumber dari penurunan impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan.
Impor nonmigas masih terkontraksi mengikuti moderasi permintaan domestik sebagaimana tercermin dari menurunnya impor bahan baku dan barang modal. Meskipun impor nonmigas mengalami penurunan, surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan I-2014 tercatat lebih rendah daripada triwulan IV-2013. Ini dipengaruhi ekspor nonmigas yang secara nominal kembali tumbuh negatif karena melemahnya permintaan global terutama Cina, penurunan harga komoditas global serta pengaruh temporer kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah.
Selain itu, impor migas juga terkontraksi lebih dalam mengikuti pola konsumsi BBM yang lebih rendah di awal tahun. Namun demikian, ekspor migas yang juga tumbuh negatif seiring turunnya produksi minyak menyebabkan defisit neraca perdagangan migas meningkat.
Sementara itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa transportasi, mengikuti turunnya impor barang, dan pengeluaran jasa travel, mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pascaberakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun.
Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri sesuai jadwalnya. Di sisi lain, membaiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia mendorong tingginya minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia sehingga transaksi modal dan finansial mengalami surplus sebesar 7,8 miliar dolar Amerika.
Total aliran masuk dana asing tercatat meningkat dari 10,5 miliar dolar Amerika pada triwulan IV-2013 menjadi 12,3 miliar dolar Amerika pada triwulan I-2014, terutama pada instrumen portofolio. Peningkatan aliran masuk investasi portofolio asing tersebut, selain dipengaruhi kenaikan net beli asing pada instrumen portofolio berdenominasi rupiah, juga didukung oleh langkah Pemerintah menerbitkan obligasi valas sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit fiskal.
Dari siaran pers Bank Indonesia yang diterima suara.com, Jumat (9/5/2014), surplus transaksi modal dan finansial juga bersumber dari aliran masuk investasi langsung asing yang masih kuat dan tercatat pada level yang relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansialĀ pada triwulan I-2014 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan IV-2013 sebesar 8,8 miliar dolarĀ dipengaruhi oleh penempatan simpanan swasta di luar negeri seiring derasnya aliran masuk investasi portofolio.
Perbaikan transaksi berjalan dan surplus transaksi modal dan finansial menyebabkan secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2014 mencatat surplus sebesar 2,1 miliar dolar Amerika. Surplus NPI triwulan I-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan cadangan devisa dari 99,4 miliar dolar Amerika pada triwulan IV-2013 menjadi 102,6 miliar dolar Amerika pada Maret 2014, atau setara 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Pada April 2014, cadangan devisa terus meningkat hingga mencapai 105,6 miliar dolar Amerika. Bank Indonesia menilai kinerja NPI triwulan I-2014 berkontribusi positif dalam menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang.