Suara.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan beragam keberhasilan ekonomi yang dicapai dalam periode pemerintahannya yaitu 2004-2014.
"Kita patut bersyukur dan berterima kasih. Banyak yang kita capai meskipun masih ada yang belum kita capai," kata Presiden Yudhoyono di Jakarta, Rabu (30/4/2014).
Menurut dia, keadaan perekonomian pada awal pemerintahannya tahun 2004 masih diwarnai antara lain dengan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang masih rendah dan kekurangan infrastruktur masih signifikan.
Meski demikian, lanjutnya, proses konsolidasi perekonomian itu juga diiringi dengan politik dan keamanan yang mulai stabil serta proses Pemilu berlangsung damai dan demokratis.
Sedangkan di bidang kesejahteraan rakyat, ujar Presiden, ditandai dengan gaji PNS yang masih rendah dan anggaran kesehatan yang masih terbatas.
Sementara selama 10 tahun berikutnya, ia mengemukakan bahwa bangsa Indonesia juga dipenuhi beragam tantangan seperti tsunami, krisis harga minyak, krisis keuangan, hingga aksi terorisme dan wabah flu burung.
Pada tahun 2014 ini, Presiden menyatakan terjadi penguatan PDB dan devisa yang signifikan dibanding 2004, serta rasio utang terhadap PDB yang sebesar 56 persen dapat diturunkan menjadi 23 persen.
SBY mengingatkan bahwa jumlah rasio utang terhadap PDB sebesar 23 persen itu jauh di bawah angka-angka yang dimiliki sejumlah negara maju seperti Jerman (86,1 persen), Amerika (104,1 persen) dan Inggris (107) persen.
Ia juga mengemukakan bahwa pada periode 2004-2014 juga terjadi pengurangan utang luar negeri dan domestik serta terjadinya peningkatan APBN sebesar empat kali lipat.
Sedangkan untuk pendapatan per kapita, ketika pada 2004 masih sebesar 1188 dolar Amerika per kapita, sepuluh tahun kemudian angka itu mencapai 3490 dolar Amerika per kapita.
"Kalau kurs 1 dolar masih Rp9.000, pendapatan per kapita bisa menembus 4000 dolar Amerika," katanya.
Indonesia juga merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua sejak 2009 setelah Cina, dan nilai ekspor juga meningkat hampir tiga kali lipat.
Untuk sektor energi, Presiden mengakui bahwa meski pada masa pemerintahannya kapasitas listrik meningkat dua kali lipat, namun hal itu masih dinilai kurang.
Yudhoyono juga mengungkapkan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan rencana besar dan untuk 2011-2013 telah berlangsung proyek bernilai hingga Rp828,7 triliun. (Antara)