Suara.com - Menteri Keuangan Chatib Basri memastikan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, bukan disebabkan oleh fundamental ekonomi nasional yang memburuk.
"Ini efek dari 'trading', karena fundamentalnya saya lihat tidak ada masalah," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Chatib mengatakan kondisi fundamental perekonomian nasional dalam keadaan baik, sehingga kemungkinan diperkirakan laju inflasi April akan rendah serta neraca perdagangan pada Maret akan kembali tercatat surplus.
"Perkiraan kita neraca perdagangannya bisa surplus, sebesar 200-500 juta dolar Amerika, karena ekspornya membaik dan impornya bisa dijaga. Inflasi dugaan saya rendah, bahkan bisa ada deflasi," katanya.
Ia memperkirakan pelemahan rupiah ini hanya sementara dan tidak berlangsung dalam jangka panjang, apalagi mata uang di regional seperti Ringgit Malaysia dan Rupee India, juga sempat mengalami depresiasi terhadap dolar AS.
"Memang 'regional'-nya melemah, Rupee saya lihat melemah, kemudian Ringgit juga, terus Rupiahnya, dan saya melihatnya ini lebih sementara," ujar Chatib.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kamis pagi melemah sebesar 22 poin menjadi Rp11.649 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.627 per dolar AS.
"Rupiah kembali bergerak melemah terhadap dolar AS seiring minimnya sentimen positif dari dalam negeri," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta. (Antara)