Menteri Hatta: Biodisel Hemat Devisa Rp6,7 Triliun

Doddy Rosadi Suara.Com
Rabu, 16 April 2014 | 14:00 WIB
Menteri Hatta: Biodisel Hemat Devisa Rp6,7 Triliun
Menko Perekonomian Hatta Rajasa (tengah). (Antara/Widodo S. Jusuf)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebijakan penggunaan biodisel berdampak positif karena mampu menghemat devisa 592 juta dolar Amerika atau sekitar Rp6,7 triliun. Karena itu, pemerintah bertekad terus melakukan langkah sesuai Paket Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi yang terbit September 2013.

"Meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan berfluktuasinya harga minyak dunia membuat pemerintah semakin kuat mendorong kebijakan mandatori penggunaan bahan bakar nabati (BBN)," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa kepada pers di Kantor Wapres Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Menurut Hatta, adanya kebijakan itu juga berhasil menurunkan impor solar dalam jangka waktu enam bulan sejak kebijakan itu mulai berjalan.

Kata dia, penghematan devisa negara itu diperoleh melalui optimalisasi pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel sebagai campuran 10 persen minyak Solar. Hatta menambahkan dalam tahun 2014 target penggunaan biodiesel oleh Pertamina akan mencapai 3,4 juta Kiloliter (KL), sedangkan untuk non Pertamina targetnya sebesar 400 ribu KL.

Menteri Energi dan Smber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan, penghematan ini berlangsung sejak terbitnya Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2013 tentang tentang perubahan atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 23 Tahun 2008 tentang penyediaan, pemanfaatan dan tata niaga BBN (Biofuel) sebagai bahan bakar lain.

"Sejak September 2013 hingga Februari 2014, terjadi penghematan devisa negara sebesar 592 juta dolar Amerika karena berkurangnya impor Solar. Ini setara dengan penghematan impor solar rata-rata per bulan sebesar 126.761 KL," katanya.

Pemanfaatan biodiesel tidak hanya berdampak positif pada kondisi moneter namun juga memberi kontribusi pada usaha penurunan emisi gas rumah kaca sebab biodiesel adalah bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan tingkat emisi rendah dan mudah terurai.

Berdasarkan perhitungan selama tahun 2013 saja, pemanfaatan biodiesel memberikan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 1.54 juta ton CO2.

Pemerintah berharap, melalui program wajib pemanfaatan biodiesel dan bioetanol, target penurunan gas rumah kaca pada 2020 untuk sektor energi sebesar 38 juta ton CO2 sudah tercapai pada 2017. Hatta mengatakan, peluang untuk meningatkan lagi pemanfaatan BBN juga masih terbuka lebar. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI