Suara.com - Kurs dolar menguat terhadap mata uang utama dunia pada Senin (14/4/2014) atau Selasa pagi waktu Indonesia barat, menyusul laporan penjualan ritel AS menggembirakan dan indikasi lebih banyak stimulus dari Bank Sentral Eropa (ECB).
Sekitar pukul 21.00 GMT (Selasa pukul 04.00 WIB), euro dibeli 1,3820 dolar, turun dari 1,3883 dolar pada Jumat sore. Dolar juga naik terhadap mata uang Jepang, menjadi 101,82 yen dari 101,59 yen.
Dolar juga menguat terhadap rupiah. Dalam penutupan perdagangan Senin sore nilai melemah tujuh poin menjadi Rp11.420 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.413 per dolar AS.
"Sebuah ajang tarik-menarik akan membentuk euro/dolar karena pembuat kebijakan Eropa menempatkan tekanan turun pada pasangan tersebut dan penurunan imbal hasil AS baru-baru ini memberikan dukungan terbalik," kata Kathy Lien, kepala strategi valuta asing di BK Asset Management.
Pedagang mata uang mencerna pernyataan Ketua ECB Mario Draghi selama akhir pekan bahwa para pembuat kebijakan mungkin perlu mengambil tindakan untuk membendung penguatan euro.
"Intervensi verbal dari Bank Sentral Eropa akhir pekan ini menghentikan kemajuan euro menuju tertinggi satu bulan terhadap dolar AS, karena pasar menyegarkan diri untuk lebih banyak panduan bank sentral pekan ini," kata Nawaz Ali, analis pasar di Western Union Business Solutions.
Ali mencatat bahwa Ketua Federal Reserve Janet Yellen akan berbicara kepada publik dua kali pada minggu ini, mulai Selasa. "Komentarnya bisa memiliki dampak besar pada perdagangan dolar AS." Laporan pemerintah AS tentang penjualan ritel pada Maret datang sedikit lebih baik dari yang diharapkan, dengan penjualan naik 1,1 persen dari Februari. Namun data keseluruhan dalam laporan mengungkapkan momentum pertumbuhan kecil dalam belanja konsumen, yang menyumbang bagian terbesar dari aktivitas ekonomi AS.
Stabil tetapi kurang bergairah dalam laju perbaikan data ekonomi AS diperkirakan akan menjaga Fed mengambil langkah-langkah pengurangan dalam stimulus besar-besarannya untuk keluar dari program pembelian aset seluruhnya sebelum akhir tahun. Kenaikan suku bunga Fed yang mendekati nol tampak tak mungkin sampai setidaknya tahun depan.
"Sampai lebih banyak pejabat Fed di dewan mendapatkan gagasan pengetatan, dolar akan memiliki waktu yang sulit untuk pulih," kata Lien. (Antara)