Suara.com - Pelaksana tugas Direktur Keselamatan Dirjen Perkerataapian Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, Kementerian Perhubungan sudah melakukan beberapa upaya sebagai bentuk pencegahan yang sifatnya manual.
Setiap hari, menurut dia, ada dua petugas yang akan mendatangi lokasi-lokasi yang dianggap rawan untuk pemeriksaan pada pagi dan malam hari. Bahkan untuk daerah-daerah yang benar-benar dianggap rawan terjadi longsor pengecekan dilakukan tiga kali dalam satu hari.
"Caranya memang konvensional. Jika ada alat-alat yang dapat diinstal (mendeteksi dini bencana longsor) di sana kami harap kecelakaan tidak terjadi lagi," ujar dia.
Peneliti pada Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari mengatakan perlunya tata kelola air yang baik di lembah-lembah yang menjadi jalur kereta api guna mengantisipasi terjadinya longsor.
"Untuk mengantisipasi longsor di jalur kereta api di kawasan lembah, kuncinya ada pada tata kelola air," kata Adrin di Media Center Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa jenis batuan dan pola rekahan juga menjadi pemicu longsor. Batuan vulkanik merupakan batuan muda yang rentan menyebabkan longsor karena kekuatannya rendah.
"Sehingga bila ada proses penjenuhan maka batuan menjadi rentan menyebabkan longsor. Sedangkan rekahan yang terisi air dapat menghasilkan daya yang juga memicu terjadinya longsor," ujar dia. (Antara)