Tiga Bulan, Rupiah Menguat 7 Persen

Doddy Rosadi Suara.Com
Rabu, 09 April 2014 | 06:22 WIB
Tiga Bulan, Rupiah Menguat 7 Persen
Ilustrasi uang rupiah (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perekonomian yang semakin berimbang dan mendorong perbaikan kinerja sektor eksternal berdampak pada menguatnya nilai tukar rupiah. Pada Maret 2014, rupiah ditutup di level Rp11.360 per dolar Amerika menguat 2,19% dibandingkan dengan level akhir Februari 2014. Secara rata-rata, rupiah pada Maret 2014 tercatat Rp11.420 per dolar Amerika, menguat 4,38% dibandingkan dengan rata-rata rupiah pada Februari 2014 sebesar Rp11.919 per dolar Amerika.

Dengan perkembangan ini, rupiah sampai Maret 2014 menguat 7,13% dibandingkan dengan level akhir tahun 2013, atau secara rata-rata menguat 2,85% dibandingkan dengan rata-rata rupiah tahun 2013. Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dan didukung berbagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar uang. Berbagai kemajuan dalam pendalaman pasar uang baik rupiah maupun valas seperti mini MRA dan transaksi lindung nilai akan ditingkatkan dan menjadi fokus kebijakan ke depan.

Siaran pers Bank Indonesia yang diterima suara.com, inflasi Maret 2014 berada dalam tren menurun sehingga semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Inflasi IHK Maret 2014 tercatat rendah yakni 0,08% (month to month-mtm) atau 7,32% (year on year-yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi Februari 2014 sebesar 0,26% (mtm) atau 7,75% (yoy). Inflasi Maret 2014 juga tercatat lebih rendah dari rata–rata inflasi dalam 6 tahun terakhir.

Penurunan tekanan inflasi disebabkan inflasi inti yang menurun seiring apresiasi nilai tukar, moderasi permintaan domestik, dan ekspektasi inflasi yang masih terjaga. Selain itu, harga bahan pangan juga mengalami deflasi akibat pasokan beberapa komoditas bahan makanan yang meningkat seiring dengan datangnya musim panen.

Ke depan, Bank Indonesia akan tetap mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi, seperti penyesuaian administered prices, dan potensi peningkatan harga pangan akibat musim kemarau di beberapa daerah, termasuk adanya indikasi kemungkinan terjadinya El Nino dengan intensitas lemah di bulan Agustus 2014.

Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan dan berkoordinasi dengan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sehingga tetap dapat mengendalikan inflasi sesuai sasarannya.

Stabilitas sistem keuangan terjaga ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan perbaikan kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang masih kuat. Pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat dari 20,9% (yoy) pada Januari 2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari  2014, sejalan dengan arah moderasi permintaan domestik.

Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara itu, kinerja pasar modal pada Maret 2014 semakin baik tercermin pada IHSG yang berada dalam tren meningkat dan imbal hasil SBN yang menurun. Perbaikan kinerja pasar modal ini didorong meningkatnya optimisme investor terhadap perekonomian domestik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI