Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi menguat sebesar 39 poin menjadi Rp11.277 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.316 per dolar Amerika.
"Dolar Amerika melemah terhadap mata uang rupiah pasca data pekerjaan Amerika di luar ekspektasi pasar, sehingga memicu spekulasi tentang keberlanjutan kebijakan akomodatif bank sentral AS (the Fed)," kata Kepala Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (7/4/2014).
Ia mengemukakan bahwa laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan "Non-Farm Payrolls" bulan Maret tumbuh 192.000, sedangkan ekonom memperkirakan AS menciptakan 200.000 pekerjaan, sementara tingkat pengangguran AS stabil pada 6,7 persen.
Meski demikian, lanjut dia, dolar AS masih berpotensi untuk kembali menguat menjelang rilis hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai pengurangan stimulus (tapering off) pada pekan ini.
Sementara itu, Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa sentimen domestik masih cukup kuat untuk menjaga mata uang rupiah berada di area positif.
"Data ekonomi domestik seperti inflasi yang stabil serta tren surplus pada neraca perdagangan Indonesia masih menjadi pendorong mata uang rupiah. Ada faktor domestik yang memicu mata uang rupiah menguat," ucapnya. (Antara)