Suara.com - Perekonomian Indonesia yang tetap tumbuh sebesar 5,8 persen pada tahun lalu serta inflasi yang di bawah 10 persen membuat Indonesia tidak lagi masuk dalam kelompok lima negara dengan perekonomian rentan alias fragile five.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, Majalah The Economist menilai, prestasi yang diraih pada tahun lalu membuat Indonesia sudah layak keluar dari kelompok The Fragile Five.
"Dalam terbitan pada 22 Februari lalu, majalah the economist pun memandang Indonesia sudah pantas keluar dari the fragile five ; “the combination of higher rates and a cheaper currency nurtured a rebalancing. Indonesia no longer looks so fragile (Kombinasi suku bunga tinggi dan nilai mata uang yang menguat membuat keseimbangan. Indonesia tidak lagi terlihat rapuh-red),” kata Agus saat memberikan kata sambutan dalam peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia 2013 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Lima negara yang masuk dalam kelompok Fragile Five adalah Indonesia, Afrika Selatan, Turki, India dan Brasil. Indikator negara yang masuk dalam kelompok tersebut adalah inflasi yang tinggi dan defisit neraca perdagangan yang besar.
Tahun lalu, inflasi Indonesia sebesar 8,8 persen dan defisit neraca perdagangan sebesar 3,8 persen dari Produk Domestik Bruto. Sebelumnya, defisit neraca perdagangan sempat mencapai titik tertinggi pada kuartal kedua 2013 yaitu 4,4 persen dari Produk Domestik Bruto.
Dengan pencapaian itu, kata Agus, Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi 2014 akan dapat terjaga pada kisaran 5,5%-5,9% disertai sumber pertumbuhan yang lebih seimbang. Di sisi lain, inflasi diprakirakan akan dapat terkendali pada kisaran targetnya 4,5%±1% dan defisit transaksi berjalan diprakirakan dapat turun dibawah 3% terhadap PDB.