BPS: Neraca Perdagangan Surplus 758 Juta Dolar Amerika

Doddy Rosadi Suara.Com
Selasa, 01 April 2014 | 16:29 WIB
BPS: Neraca Perdagangan Surplus 758 Juta Dolar Amerika
Suasana bongkar muat di Terminal Peti Kemas, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Antara/Agung Rajasa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia Februari 2014 mencapai 14,57 miliar dolar Amerika, sementara nilai impor tercatat 13,78 miliar dolar AS, sehingga terjadi surplus hingga 758,3 juta dolar Amerika. Pada Januari 2013 lalu, neraca perdagangan mencatat defisit hingga 430,6 juta dolar Amerika.

Kepala BPS Suryamin mengemukakan, nilai ekspor Februari 2014 sebesar 14,57 miliar dolar AS itu merupakan peningkatan sebesar 0,68 persen. Sementara bila dibanding Februari 2013 mengalami penurunan sebesar 2,96 persen.

“Ekspor nonmigas Februari 2014 mencapai 11,91 miliar dollar AS, turun 0,50 persen dibanding Januari 2014,  demikian juga bila dibanding ekspor Februari 2013 turun 4,32 persen,” jelas Suryamin, Selasa (1/4/2014) siang, seperti dikutip dari laman bps.go.id.

Ia menyebutkan, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari?Februari 2014 mencapai 29,04 miliar dolar Amerika, atau menurun 4,44 persen dibanding periode yang sama tahun 2013. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai 23,88 miliar dolar Amerika atau turun 5,12 persen.

Menurut Suryamin, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Februari 2014 terhadap Januari 2014 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar  375,4 juta dolar Amerika (26,10 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar 146,4 juta dollar AS (24,39 persen).

“Cina menjadi negara tujuan ekspor terbesar Februari 2014, yang mencapai angka  1,59 miliar dolar Amerika, disusul Amerika Serikat  1,28 miliar dolar Amerika, dan Jepang 1,15 miliar dolar Amerika, dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,69 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar 1,37miliar dolar Amerika,” papar Suryamin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI