Suara.com - Kolapsnya sebuah perusahaan properti di Shanghai serta kebijakan pemerintah untuk memperketat kredit di sektor properti membuat 90 ribu perusahaan properti di Cina ketar-ketir. Zhejiang Xingrun Real Estate yang berkantor pusat di Fenghua bangkrut karena terlilit utang 562 juta dolar Amerika.
Proyek pembangunan properti yang tengah dilakukan perusahaan itu terhenti dan aparat keamanan sudah menahan pemegang saham perusahaan tersebut. Industri properti di Cina mulai menggeliat ketika pemerintah mengizinkan warga negara membeli rumah pribadi pada 1998. Permintaan terhadap perumahan terus meningkat.
Selama beberapa tahun, perusahaan properti mengandalkan kredit murah dari perbankan. Kini, perusahaan properti di Cina tidak bisa lagi mendapatkan kredit murah dari bank. Kebijakan itu membuat puluhan ribu perusahaan properti di Cina terancam gulung tikar.
“Itu merupakan tanda positif. Terlalu banyak perusahaan properti di Cina. Hanya sekitar 30.000 yang benar-benar pengembang asli, tidak termasuk perusahaan konstruksi. Perlu dilakukan konsolidasi,” kata Richard van den Berg, analis dari CBRE Global Investor.
Perusahan Zhejiang Xingrun bangkrut setelah Perdana Menteri Li Keqiang memperketat pengucuran kredit perbankan. Sejak 2008, pemerintah Cina telah mengucurkan dana stimulus untuk sektor properti sekitar 4 triliun yuan. Kebijakan itu diambil untuk meningkatkan perekonomian Cina saat dunia tengah dilanda krisis finansial. (Bloomberg)