Suara.com - Bank Indonesia akan terus memantau peredaran uang palsu menjelang pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu Presiden. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, ada kecenderungan jumlah uang palsu yang beredar meningkat setiap menjelang pemilihan umum. Namun, kata Agus, peningkatan tersebut tidak besar.
“Kita ikuti kondisi pemilu tiap lima tahun dan secara umum kondisi tetap sama dan terawasi dengan baik. Secara umum peredaran uang terkendali kalau ada yang perlu diperhatikan adalah uang palsu. Sebetulnya (peredaran-red) uang palsu meningkat tetapi tidak besar. Itu sudah kita sikapi dan awasi,” kata Agus Martowardojo di Gedung Bank Indonesia, Senin (17/3/2014).
Menurut Agus Martowardojo, jumlah uang palsu yang beredar pada tahun lalu lebih besar dibandingkan tahun 2012. Namun demikian, BI mengklaim masih bisa mengendalikan maraknya peredaran uang palsu.
Februari lalu, Bank Indonesia memusnahkan 135.110 lembar uang palsu. Sebanyak 135.110 lembar uang kertas palsu tersebut terdiri atas 67.278 lembar pecahan Rp 100.000, 56.746 lembar pecahan Rp 50.000, 5.033 lembar pecahan Rp 20.000, 3.553 lembar pecahan Rp 10.000, 2.460 lembar pecahan Rp 5.000, 19 lembar pecahan Rp 2.000, dan pecahan Rp 1000 sebanyak 3 lembar.
Pecahan uang palsu yang paling dominan adalah Rp 100.000. Sebagian besar uang palsu ini beredar di Pulau Jawa dengan persentase terbesar berada di wilayah Jawa Timur, yakni 22,85 persen, lalu Jakarta 20,71 persen, Jawa Barat 15,23 persen, Jawa Tengah 13,19 persen, dan Yogyakarta, 12,30 persen.