Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (5/3/2014) sore bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp11.565 dibanding sebelumnya Rp11.597 per dolar Amerika.
"Nilai tukar rupiah masih dalam area tren penguatan berada di kisaran Rp11500-an per dolar AS. Penguatan rupiah terutama berkat ketegangan politik antara Ukraina-Rusia berangsur mereda," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, seperti dikutip Antara.
Menurut dia, kabar itu positif bagi pasar keuangan sehingga minat investor terhadap sejumlah aset "save haven" kembali menurun.
"Sebaliknya para investor kini kembali berburu aset-aset beresiko seperti mata uang rupiah," ujarnya.
Secara psikologis, lanjut dia, pelaku pasar keuangan domestik juga merespons positif pernyataan Bank Indonesia (BI) yang optimistis bahwa neraca perdagangan Indonesia akan kembali membaik menyusul membaiknya permintaan negara maju terhadap hasil tambang.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto menambahkan dalam jangka pendek-menengah ini pergerakan rupiah di pasar uang domestik masih terbatas dikarenakan pelaku pasar sedang mengambil posisi "wait and see" mengantisipasi hasil Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden.
"Pasar sedang mencermati isu-isu terkait Pemilu," ucapnya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (5/3), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp11.580 dibanding sebelumnya (4/2) di posisi Rp11.647 per dolar Amerika.