Suara.com - Zoe Zhang (38 tahun) berencana membelanjakan uang sebesar 2 miliar yen atau sekitar Rp3,77 miliar untuk bisa menghirup udara segar. Warga Cina itu sudah mencari-cari rumah di Sanya yang terletak di pulau Hainan, sejak Desember lalu.
Sanya berada di sekitar Laut Cina selatan dan kerap dibandingkan dengan Hawaii karena keindahan pantainya serta udara tropis. Kota itu juga dikenal mempunyai kualitas udara yang terbersih di Cina.
“Kualitas udara di Cina sangat buruk. Saya ingin mempunyai tempat tinggal di Sanya untuk anak saya,” kata Zhang.
Polusi yang melanda Cina telah memberikan dampak positif bafi Sanya. Harga rumah di kota itu naik lebih dari 60 persen pada 2011. Penjualan rumah juga melonjak 48 persen pada 2013. Itu merupakan angka tertinggi sejak pasar properti hancur pada 2011.
“Banyak pembeli dari Cina daratan yang ingin menghabiskan musim dingin di sini dan membersihkan jantung mereka,” kata agen properti Fu Zelong.
Sebelumnya, pasar properti di Sanya banyak diisi oleh uang spekulatif, tetapi saat ini pasar properti mulai bergairah karena tingginya permintaan rumah. Lebih dari 80 persen klien Wei Yongfeng – agen properti di Verdure International Holdings - mengaku membeli rumah di Sanya karena ingin mendapatkan kualitas udara yang bersih.
“Apa yang paling ditakutkan oleh orang kaya? Kematian. Hainan bisa memberi mereka udara yang baik dan sinar matahari. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, prioritas utama mereka bukan lagi mendapatkan keuntungan dari investasi,” kata Wei.
Sanya adalah pasar properti dengan kinerja terbaik di Cina pada 2010. Keputusan pemerintah Cina menjadikan pulau Hainan menjadi tujuan wisata ikut memicu kenaikan harga properti. Saat ini, harga 1 m2 tanah di pulau Hainan sekitar 25.046 yuan atau sekitar Rp47 juta per m2. (Bloomberg)