Suara.com - Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak mengungkapkan, pemerintah Malaysia terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan negara. Salah satunya adalah melalui pajak. Namun, meraih pemasukan dari pajak sepertinya bukan menjadi hal yang mudah.
Kata dia, hanya 1 dari 10 warga negara Malaysia yang membayar pajak. Rendahnya pembayar pajak, meningkatnya pengeluaran negara serta penolakan atas pengurangan subsisdi merupakan masalah yang kini tengah dihadapi Malaysia.
Najib yang juga merangkap sebagai Menteri Keuangan mengatakan, jumlah pegawai negeri sipil terus meningkat setiap tahun. Sehingga, apabila pemasukan tidak bertambah maka negara harus meminjam.
“Pajak adalah salah satu cara untuk mendapatkan pemasukan tetapi belum berjalan. Ketika saya tidak mengumumkan pemberian bonus dalam APBN maka APBN itu dinilai tidak bagus. Tetapi, ketika diberikan bonus maka jumlah pengeluaran tiap bulan menjadi 5,6 miliar ringgit,” kata Najib.
Najib juga menekankan pemberian subsidi yang harus terus diawasi.
“Kita selalu berkata, Malaysia adalah negara dengan pendapatan menengah dan lebih baik dari negara tetangga. Tetapi pertanyaan yang selalu muncul adalah kenapa subsidi BBM dikurangi dan subsidi gula juga dihapus ketika ekonomi tengah membaik?”ujar Najib.
Seseorang yang mengendarai Kancil menikmati subsisi 900 ringgit subsidi tiap tahun sedangkan pengendara mobil besar mendapatkan subsidi 2.400 ringgit. Kata Najib, itu merupakan bukti ketidakadilan subsidi BBM.
“Selain itu, kenapa warga negara asing juga harus menikmati subsidi? Karena itu, pemeritah ingin memperbaiki sistem sehingga subsidi mencapai sasaran, transparan dan efisien,” jelasnya. (AsiaOne)