Studi: Di Twitter Indonesia, China yang Disalahkan atas Wabah Covid-19

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 29 April 2020 | 07:55 WIB
Studi: Di Twitter Indonesia, China yang Disalahkan atas Wabah Covid-19
Logo akun Twitter resmi Twitter Indonesia (Suara.com/Aditya Gema Pratomo).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seiring dengan makin menyebarnya COVID-19 di negara-negara Asia Tenggara, masyarakat di Indonesia dan Malaysia ternyata cenderung menyalahkan orang lain sebagai penyebab pandemi ini.

Di Indonesia, orang-orang percaya bahwa virus tersebut masuk ke Indonesia karena pemerintah lalai mencegah pekerja dan wisatawan Tiongkok masuk ke wilayah Indonesia. Pada 28 April, Indonesia telah mencatat 9.096 kasus positif COVID-19 dengan angka kematian tertinggi di wilayah Asia Tenggara.

Sementara itu di Malaysia, masyarakatnya cenderung menyalahkan sekelompok Muslim yang mengumpulkan 16.000 anggotanya dalam acara tabligh akbar.

Acara tersebut telah menyebabkan kenaikan drastis kasus positif COVID-19 di Malaysia. Hingga 28 April, Malaysia mencatat hampir 6.000 kasus positif

Baca Juga: Eksperimen Uji Kemampuan Nikotin Lawan Covid-19 Digelar Bulan Depan

Kami menemukan adanya kesamaan ini setelah meneliti percakapan Twitter di Indonesia dan Malaysia, sepanjang Maret 2020.

Sejak pertama diumumkannya kasus positif pada Januari, percakapan tentang COVID-19 telah membanjiri media sosial dan internet, termasuk juga di Indonesia dan Malaysia.

Mengingat pengguna media sosial yang sangat aktif di kedua negara tersebut, kami berusaha menganalisis percakapan media sosial untuk membantu memahami opini publik tentang COVID-19.

Dalam penelitian terbaru kami yang belum dipublikasikan ini, kami menemukan bagaimana sikap menyalahkan orang lain ternyata mendominasi percakapan seputar stigma tentang COVID-19 di kedua negara.

Dari stigma lalu menyalahkan orang lain

Baca Juga: Ribuan Orang Mendaftar untuk Ditulari Virus Corona Penyebab Covid-19

Sejak COVID-19 pertama kali dilaporkan di China, jumlah kasus stigmatisasi dan prasangka terkait pandemik ini meningkat di seluruh dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI