Polisi Syariah Saudi Selidiki Perempuan Seksi di Situs Bersejarah

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 18 Juli 2017 | 19:06 WIB
Polisi Syariah Saudi Selidiki Perempuan Seksi di Situs Bersejarah
Cuplikan video seorang perempuan yang mengenakan rok mini dan kaus pendek sedang berjalan-jalan di sebuah situs bersejarah di Arab Saudi. (YouTube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Publik Arab Saudi sejak akhir pekan kemarin heboh setelah sebuah video yang menggambarkan seorang perempuan yang hanya mengenakan rok mini dan kaus tanpa lengan berjalan-jalan di sebuah situs bersejarah di dekat ibu kota Riyadh.

Seperti diwartakan AFP, Selasa (18/7/2017), video yang pertama kali diunggah di akun Snapchat "Model Khulood" itu menunjukkan seorang perempuan muda mengenakan rok mini dan baju kaos pendek - yang memamerkan sebagian perut dan seluruh lengannya - sedang berjalan di sebuah benteng tua di Ushaiqer.

Ia tampak ceria, dengan rambut tergerai di pundaknya, dan sesekali memainkan pasir, sembari melempar senyum ke kamera.

Video ini tak hanya membuat publik heboh, tetapi juga memantik kemarahan pemerintah Saudi. Pemerintah lokal Riyadh sudah mengeluarkan sebuah memo, yang isinya menyatakan bahwa pihak berwajib akan mencari perempuan dalam video itu yang dituding "berkeliaran mengenakan pakaian tidak pantas."

Polisi syariah Saudi pada Minggu (16/7/2017) juga telah mulai menginvestigasi kasus itu. Jika tertangkap dan terbukti bersalah, perempuan yang identitasnya hingga kini belum diketahui, diyakini bisa dihukum penjara.

Video itu sendiri memantik debat di antara pengguna media sosial Saudi. Sebagian mengecam perilaku perempuan dalam video itu, tetapi ada pula yang mendukung dan membela hak perempuan itu.

Mereka yang mengecam mengatakan bahwa perilaku perempuan itu tidak bermoral dan mereka yang mendukungnya adalah kelompok liberal.

"Ini adalah tuntutan orang-orang liberal yang angkuh: perempuan telanjang, penonton lelaki dan perempuan bercampur bioskop, pagelaran musik dan tarian. Ini arti pembangunan bagi mereka, buka kesehatan atau pendidikan," bunyi salah satu kritik di media sosial Twitter.

Kritik ini, nilai Newsweek, mengarah pada Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman, yang menggagas "Vision 2030" dan telah mulai mengizinkan pemutaran film di bioskop dan mengizinkan konser musik di beberapa kota di Arab Saudi, termasuk di Jeddah.

Tetapi banyak pula yang membela perempuan itu dan menuding pemerintah Saudi telah berlaku tidak adil. Alasannya karena pemerintah Saudi memberlakukan standar ganda,
soal busana perempuan jika yang dihadapi adalah orang asing, khususnya perempuan-perempuan Barat.

Contoh yang diangkat adalah ketika Kerajaan Saudi menerima kunjungan kenegaraan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Mei lalu. Dalam kunjungan itu, istri presiden Melania Trump dan putri presiden, Ivanka Trump melenggang bebas tanpa menutup rambut serta kepala mereka.

"Jika model itu adalah puteri Trump, kita tidak akan mengalami banjir keluhan seperti ini," bunyi salah satu kicauan di Twitter.

"Masalah terpecahkan!" bunyi salah satu tweet di bawah sebuah foto yang menggambarkan model dalam video Snapchat tetapi wajahnya diganti muka Ivanka Trump.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI