Suara.com - Kabar mengejutkan datang dari produsen daging babi terbesar di dunia, Smithfield Foods. Merek dagang asal Amerika Serikat ini tengah membentuk sebuah unit Bioscience terpisah yang nantinya akan menjual organ tubuh babi untuk medis.
Meski masih bertahun-tahun ke depan, Smithfield Foods percaya, apa yang mereka lakukan dapat mengisi kekosongan bagi manusia yang menunggu transplantasi di tengah kurangnya donor.
"Kami ingin memberikan sinyal kepada perangkat medis dan komunitas sains bahwa ini adalah area yang kami tengah fokuskan. Bahwa kami tidak di-pack secara ketat," ucap Wakil Presiden Unit Bioscience Smithfield, Courtney Stanton dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Reuters dilansir dari laman Daily Mail.
Smithfield merupakan satu-satunya produsen daging babi yang bergabung dengan perusahaan perawatan kesehatan termasuk Abbott Laboratories, Medtronic dan United Therapeutics Corp. Rencananya, transplantasi digunakan untuk orang-orang​ yang didiagnosis dengan kegagalan organ dan yang tidak memiliki pilihan pengobatan lainnya.
Baca Juga: Teror Novel, Bimbim Slank: Biadab, Tapi Risiko Perjuangan
Stanton mengatakan, pasar AS untuk produk sampingan daging babi dengan tujuan medis, makanan hewan dan non-makanan berkisar lebih dari 100 miliar dolar AS. Hal tersebut belum termasuk potensi pasar untuk masalah transfer organ antara hewan ke manusia yang dikenal dengan istilah xenotransplants.
"Ini sebuah ruang potensi yang sangat besar, dan memimpin di tepian dan fokus pada membangun hubungan sangat penting," katanya.
Babi telah lama menjadi sumber yang menggoda untuk melakukan transplantasi, karena organ tubuhnya begitu mirip dengan manusia. Jantung babi misalnya, memiliki ukuran yang sama dengan manusia dewasa. Organ lain dari babi yang tengah diteliti untuk transplantasi ke manusia antara lain ginjal, hati dan paru-paru.
The United Network for Organ Sharing memperkirakan bahwa rata-rata, 22 orang meninggal setiap hari sambil menunggu untuk transplantasi.
Upaya sebelumnya transplantasi organ dari babi ke manusia telah gagal, karena perbedaan genetik yang menyebabkan penolakan organ atau virus yang menimbulkan risiko infeksi.
Baca Juga: Ira Koesno Sayangkan Debat Terakhir Ahok vs Sandi Tak Panas