Guru Besar IPB Temukan Khasiat Matematika untuk Operasi Kanker

Kamis, 09 Maret 2017 | 13:57 WIB
Guru Besar IPB Temukan Khasiat Matematika untuk Operasi Kanker
Ilustrasi kanker payudara. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guru Besar Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB, I Wayan Mangku mengenalkan matematika tidak hanya sebagai ilmu berhitung. Profesor matemarika itu menyebut ilmunya dimanfaatkan untuk operasi kanker payudara.

"Model stokastik merupakan bagian dari model matematika yang menggunakan konsep-konsep peluang yang dibangun berdasarkan fungsi dan barisan peubah acak," kata Wayan di Bogor, Kamis (9/3/2017).

Ia menyebutkan, diperlukan suatu model untuk penyederhanaan sebagai akibat dari semakin kompleksnya berbagai fenomena dan masalah nyata, sehingga fenomena tersebut lebih mudah dimengerti atau ditemukan solusi masalahnya.

"Salah satu model yang banyak digunakan dalam penyederhanaan permasalahan adalah model matematika," katanya.

Pria asal Bali ini menjelaskan, tahun 1992 ia bekerjasama dengan Dr S Ganeshanandam dari Curtin University of Technology, Western Australia, untuk memberikan solusi terhadap kekhawatiran pasien penderita kanker payudara. Kolaborasi tersebut berhasil membuat suatu metode yang dapat digunakan untuk menduga peluang kesalahan klasifikasi oleh 'location model Krzanowski' dengan menggunakan teknik 'balanced boostrap'.

Model ini, lanjutnya, sangat bermanfaat dalam teknologi kedokteran, mengklasifikasi para pasien penderita kanker payudara untuk menentukan apakah mereka perlu dioperasi atau cukup dengan pengobatan.

"Nah, dengan model stokastik ini peluang bahwa keputusan oleh teknologi adalah salah dapat diperkirakan," katanya.

Ia menyebutkan, pada tahun 1975, Prof Krzanowski dari University of Reading, Inggris yang menerbitkan fungsi diskriminan yang peubahnya terdiri atas campuran antara peubah biner dan normal, yang disebut 'location model for discriminant and classification'.

Model tersebut kemudian digunakan dalam teknologi kedokteran untuk menentukan apakah seseorang yang terdeteksi mengidap kanker payudara, haru dioperasi yaitu, payudaranya dikorban atau cukup hanya dengan pengobatan tanpa harus mengorbankan payudara.

Seorang pasien penderita kanker payudara, yang sudah diputuskan harus dioperasi oleh teknologi di atas, mempertanyakan besarnya peluang bahwa keputusan operasi tersebut salah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI