Tikus dengan "Penciuman Super" Bisa Deteksi Bom

Dythia Novianty Suara.Com
Jum'at, 08 Juli 2016 | 15:01 WIB
Tikus dengan "Penciuman Super" Bisa Deteksi Bom
Ilustrasi tikus. [Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tikus yang dikenal sebagai hewan pengerat kerap mengendus makanan atau remah-remah. Kini sebuah penelitian dilakukan untuk mengasah kemampuan penciuman tikus sehingga dapat mendeteksi ranjau.

Penemuan tikus "berpenciuman super" itu juga diperkirakan dapat mendetekksi penyakit berbahaya. Para peneliti di Hunter College, University of New York City, menciptakan tikus yang dapat disetel dan memiliki berbagai tingkat kepekaan terhadap bau apapun.

Sifat dari reseptor pencium sebenarnya telah ditemukan pada tahun 1991. Tapi kini sistem penciuman tersebut dimungkinkan dapat digunakan pada makhluk hidup.

Pada dasarnya, hidung mamalia berisi kumpulan neuron sensorik. Masing-masing dilengkapi dengan sensor kimia tunggal yang disebut reseptor yang dapat mendeteksi bau tertentu.

Tikus seperti manusia, setiap neuron memilih hanya satu reseptor. Secara kolektif, neuron memilih pemerataan reseptor, sehingga masing-masing dari ribuan reseptor yang berbeda diwakili di sekitar 0,1% dari neuron.

Dalam upaya untuk memahami mekanisme neuron ini digunakan untuk memilih reseptor tertentu. Paul Feinstein, seorang profesor ilmu biologi di Hunter, bermain-main dengan genom tikus.

Dia memperkenalkan DNA untuk gen reseptor penciuman melalui suntikan ke dalam inti sel telur dibuahi. Ia juga menambahkan string tambahan DNA dengan urutan gen untuk melihat apakah itu akan mengubah probabilitas gen yang dipilih.

Setelah beberapa kali mencoba, ia menemukan string yang bekerja sebagai ekstra DNA yang mengakibatkan serangkaian tikus memiliki "penciuman super".

Mereka telah meningkatkan jumlah neuron mengekspresikan reseptor yang dipilih, yang memiliki bau manis mirip dengan melati. Para peneliti menguji akal diperkuat dengan penciuman tikus, menggunakan pencitraan neon untuk melacak aktivasi reseptor penciuman diperkuat dalam menanggapi bau sesuai reseptor.

Tes ini memberikan konfirmasi visual bahwa reseptor yang fungsional dan hadir dalam jumlah yang lebih besar daripada yang lain. Dalam tes perilaku kedua, binatang dilatih untuk menghindari bau menjijikkan dikenal untuk mengikat reseptor transgenik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI