Menkominfo Bakal Blokir Game Online Berbahaya

Ardi Mandiri Suara.Com
Sabtu, 30 April 2016 | 19:57 WIB
Menkominfo Bakal Blokir Game Online Berbahaya
Raker Kemenkominfo dengan Komisi I DPR RI di Jakarta, Senin (18/4/2016). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menkominfo Rudiantara menyatakan siap memblokir "game online" yang berbahaya, namun pihaknya akan membentuk tim yang melibatkan Kemenkominfo dan Kemendikbud untuk menentukan "bahaya" permainan daring itu.

"Game online itu bukan judi, porno, atau konten yang sudah jelas berbahaya itu, karena itu kami sepakat dengan Kemendikbud untuk membentuk tim yang menentukan 'rating' game berbahaya atau tidak," katanya di Surabaya, Sabtu (30/4/2016).

Di sela menghadiri pengukuhan staf khusus Menkominfo Prof Dr Drs Henri Subiakto SH MA sebagai Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP Unair itu, ia menjelaskan pihaknya akan langsung memblokir konten "game online" yang dinyatakan "berbahaya" oleh tim itu.

"Tapi, kami juga berharap kepada keluarga untuk menyaring konten baik dan positif, atau konten berbahaya dan negatif, karena teknologi digital juga bermanfaat, karena ada konten pendidikan juga ada, bahkan kami bersama Kemendikbud sudah merancang ujian sekolah pakai iPad," katanya.

Dalam pengukuhan yang juga dihadiri sejumlah tokoh pers seperti Ishadi SK (Trans TV), H Saiful Hadi (mantan Dirut LKBN Antara), dan sebagainya itu, Menkominfo mengapresiasi pidato Prof Dr Drs Henri Subiakto SH MA bertajuk "Transformasi Teknologi Komunikasi Digital Terhadap Perubahan Sosial sebagai Persoalan Aktual".

"Itu (gelar guru besar) pencapaian tertinggi dalam bidang akademik, karena itu Pak Henri yang juga staf ahli Kominfo dituntut memberikan pemikiran 'nomer satu' untuk masyarakat, terutama sosialisasi perubahan akibat digitalisasi, sehingga dampak negatif dapat dicegah," katanya.

Ia mencontohkan adanya aplikasi baru di kalangan dokter yang beranggotakan 16.000-an dokter dengan 1.000-an dokter sebagai aktivis. "Aplikasi itu menyiapkan konten konsultasi yang bisa ditindaklanjuti dengan tindakan medis dimana pun dalam waktu dua jam, padahal aslinya butuh empat jam lebih," katanya.

Oleh karena itu, Menkominfo berharap sumbangsih dari Prof Henri Subiakto untuk merancang koridor untuk regulasi dalam dunia teknologi komunikasi digital. "Kalau regulasi detail ada pada masyarakat atau industri, sedangkan regulasi dari pemerintah hanya koridor," katanya.

Dalam pidatonya, Prof Henri Subiakto menegaskan bahwa dunia komunikasi mengenal teori "determinan technology" atau teknologi itu mempengaruhi kehidupan, seperti revolusi industri di Eropa pada abad 15 yang mendorong lahirnya mesin cetak dan akhirnya mengubah kehidupan.

"Hal yang sama sekarang terjadi dengan lahirnya teknologi komunikasi digital yang juga mendorong perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, politik, ekonomi, maupun budaya, seperti lahirnya digital native (generasi digital) dan digital imigran (generasi transisi)," ujarnya.

Dalam praktiknya, kedua generasi itu mengalami "benturan" karena digital imigran merupakan pengambil kebijakan, sedangkan digital native merupakan pelaku atau pemain, karena itu diperlukan regulasi yang mengatur hubungan keduanya agar tidak ada "benturan" kepentingan.

"Digitalisasi itu menyatukan berbagai aspek kehidupan, namun regulasi yang ada masih sendiri-sendiri, seperti koneksi dokter di Jakarta dan Papua yang tak diatur, kecuali dokter Jakarta dan dokter Papua memiliki aturan sendiri," katanya.

Tidak hanya itu, Prof Henri Subiakto juga berpesan perlunya memperbanyak "pemain" teknologi komunikasi digital yang nasional. "Misalnya toko online, panduan online, dan sejenisnya perlu diperbanyak, apalagi kalau sampai merancang aplikasi teknologi digital nasionalis," katanya.

Dalam kesempatan itu, Rektor Unair Prof M Nasih mengukuhkan tiga guru besar yakni Prof Dr Drs Henri Subiakto SH MA (FISIP), Prof Dr dr Ari Sutjahjo Sp.PD K-EMD FINASIM (FK), dan Prof Dr Drs Cholichul Hadi MSi (Fakultas Psikologi).

"Riset memang mendorong dunia keilmuan berkembang lebih aktif. Karena itu, saya minta guru besar yang lama dan baru juga mesti aktif untuk mengembangkan ilmunya. Kalau perlu akan saya siapkan forum senat akademika untuk guru besar lama yang tidak aktif dalam pemikiran," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI