Indonesia Kembangkan Biogas Listrik dari Kotoran Santri

Ardi Mandiri Suara.Com
Rabu, 03 September 2014 | 07:43 WIB
Indonesia Kembangkan Biogas Listrik dari Kotoran Santri
Ratusan Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda menggelar aksi solidaritas untuk Palestina di Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (15/7). [Antara/Adeng Bustomi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Riset dan Teknologi akan membantu pengembangan teknologi listrik menggunakan sumber bahan bakar berasal dari kotoran manusia di Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta di Amuntai, Selasa (2/9/2014), mengatakan bahwa pengembangan tersebut akan dilakukan pada tahun ini.

"Hingga akhir 2014, Kemenristek akan membantu pengembangan teknologi pembangkit listrik menggunakan kotoran para santri di pondok pesantren ini, sebagai bahan bakar alternatif pengganti premium atau solar," katanya.

Menristek yang melakukan kunjungan kerja di Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai ini sekaligus membawa tenaga ahli dan pengusaha yang akan mengembangkan genset hybrid bioelectric tersebut.

Tenaga ahli dari Kemenristek menjelaskan genset berkapasitas 5.000 watt atau 5 kVA ini bisa dioperasikan dengan menggunakan lebih dari satu jenis bahan bakar (hybrid), bahkan juga menggunakan bahan bakar terbarukan, seperti biogas dan bioetanol.

Genset yang dikembangkan Kemenristek ini untuk mengantisipasi kecenderungan makin menipisnya persediaan bahan bakar tidak terbarukan, seperti premium dan solar yang harganya juga semakin mahal seiring dengan penghapusan subsidi BBM secara bertahap oleh Ppemerintah.

Kunjungan Menristek Gusti Muhammad Hatta untuk memulai inkubasi teknologi di Pondok Pesantren Rakha ini sekaligus juga menyerahkan bantuan alat penjernih air "IGW Water Filter" yang menggunakan teknologi membran ultrafilterai hasil temuan peneliti dari Institut Teknologi Bandung.

Tenaga ahli dari Kemenristek juga memaparkan, jika alat penyaring yang digunakan memiliki pori-pori 0,01 mikro, mampu menahan semua jenis bakteri, virus, dan partikel lainnya yang ada di air.

Saat kunjungan Menristek di Ponpes Rakha kemarin dilakukan demontrasi penggunakan alat penjernih air ini dengan mengambil air rawa di sekitar ponpes yang berwarna kehijauan. Setelah dimasukkan ke alat penjernih, air berubah bening dan langsung bisa diminum.

Menristek mengatakan bahwa alat itu sangat sesuai digunakan di daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan air bersih atau kawasan berawa-rawa sebagaimana Kabupaten HSU.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI