Suara.com - Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengkritik Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri yang kini disebutnya lebih bersikap permisif dibanding ketika berjuang untuk reformasi dan usai peristiwa Kudatuli atau Kerusuhan Dua Tujuh Juli.
"Saya kira ibu Mega terlalu diam melihat berbagai peristiwa pengarusbalikan pencapaian-pencapaian reformasi selama ini yang kita alami," kata Ray dalam diskusi daring bertajuk 'PDIP & 25 tahun tragedi Kudatuli', Kamis (29/7/2021).
Pertama, Ray menyebut Mega kekinian cuek terhadap maraknya tindakan nepotisme yang terjadi di era saat ini. Bahkan salah satunya, kata dia, dilakukan oleh Joko Widodo.
"Sebut saja nepotisme politik yang makin merajalela kan kira-kira gitu," tuturnya.
Baca Juga: Susun Langsung Pelaksanaan Dapur Umum dan Vaksinasi, Megawati Titip ke Risma dan Ribka
"Salah satunya, salah satunya. Bukan hanya Jokowi tentu saja kan. Tapi menurut saya sih banyak mungkin di PDI Perjuangan hal yan sama terjadi mungkin di kabupaten mana. Ada sikap permisif dari ibu Mega melihat hal itu," sambungnya.
Kemudian yang kedua, Ray menyoroti soal masalah kebebasan berpendapat. Menurutnya, Megawati cuek juga terkait masalah ini di era kekinian.
"Ketiga soal pemberantasan korupsi, dua tahun terakhir di era pak Jokowi ini kita harus mengurut dada lah. Selain Revisi UU KPK yang mengecewakan. Melihat anggota komisioner KPK yang juga mengecewakan sampai sekarang mengecewakan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Ray mengatakan, Mega cenderung berdiam diri mana kala kekinian banyak para koruptor dipotong masa hukumannya.
"Kan ada trend itu sekarang jadi bukan peristiwa pertama tuh saya kura sudah jadi peristiwa ketiga kempat dalam tahun 2021 ini hukuman untuk para koruptor diperingan," tandasnya.
Baca Juga: PDI Perjuangan Peringati Tragedi Penyerangan 27 Juli 1996, Megawati Minta Kader Merenung