Suara.com - Amerika Serikat akhirnya meminta maaf karena salah menyebut Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai Presiden Taiwan dalam pernyataan pers resmi yang mereka rilis.
Kesalahan tersebut terdapat dalam pernyataan pers setelah Presiden AS Donald Trump mengadakan pertemuan dengan Xi Jin Ping di sela-sela pertemuan negara G20 di Hamburg, Jerman, Sabtu (8/7/2017) pekan lalu.
"Kami sudah mengirimkan nota diplomatik untuk meminta klarifikasi AS. Setelahnya, mereka sudah meminta maaf dan mengoreksi kesalahan tersebut," kata Juru Bica Kementerian Luar Negeri Tiongkok Geng Shuang, seperti dilansir Sputniknews, Selasa (11/7/2017).
Profesor Hubungan Internasional Universitas Renmin Tiongkok, Shi Yinhong, menilai kesalahan AS itu tidak disengaja.
"Meski tak disengaja, itu menunjukkan tidak efektifnya staf kepresidenan Trump di Gedung Putih. Kasus ini menunjukkan staf Trump bekerja secara santai dan betapa buruknya koordinasi di antara mereka sendiri," tutur Shi Yinhong.
Bagi Tiongkok, kesalahan penyebutan itu adalah masalah serius. Sebab, sejak Tiongkok menjadi republik tahun 1949, mereka menganggap Taiwan adalah bagian wilayahnya.
Sementara Taiwan yang dulu menjadi tempat pengungsian Jenderal Chiang Kai Sek setelah kekuasaannya di Tiongkok runtuh oleh Partai Komunis pimpinan Mao Tse Tung, mengklaim wilayahnya adalah negara merdeka. Taiwan juga sejak dulu menjadi sekutu AS.
Kasus ini sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Pada pekan yang sama, staf Gedung Putih juga salah ketika mengunggah foto dan keterangan aktivitas Trump di Jerman melalui media sosial.
Dalam unggahan itu, mereka menyebut Presiden Trump tengah bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo. Padahal, pada foto tersebut tampak Trump tengah berbicara dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.