Suara.com - Pemerintah Jerman menuding Turki telah melakukan aksi mata-mata secara ilegal terkait gerakan pemberontakan yang dipimpin Fethullah Gullen menyusul kegagalan kudeta militer di negara Istanbyul dan Ankara belum lama ini.
Hal ini seperti disampaikan Menteri Dalam Negeri Jerman Boris Pistorius kepada wartawan.
"Adalah sebuah tindakan keji memata-matai seseorang yang sedang berada di luar negeri," kata Boris seperti dikutip AFP.
Malah, lanjut Boris dalam konferensi pers, pemerintahan Recep tayyip Erdogan pernah meminta Berlin untuk mendukung aksi memata-matai sekitar 300 pengikut setia Fethullah Gullen yang berada di Jerman.
"Hal ini tidak bisa ditoleransi dan diterima," tegasnya.
Erdogan menuding Fethullah Gullen sebagai dalang di balik kudeta militer di Ankara pada 15 Juli tahun lalu. Meski gagal, aksi tersebut menyebabkan kerusakan pada beberapa gedung dan korban jiwa. Kubu pemberontak dan pro Erdogan sempat terlibat baku tembak di bandara Internasional Turki.
Selain memberlakukan situasi darurat dan jama malam, Erdogan menyerukan rakyatnya untuk turun membantu menggagalkan aksi kudeta tersebut. Pasca gagalnya kudate militer, Erdoga menahan sedikitnya 2.839 tentara dan pegawai negeri sipil yang dianggap terlibat.