Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Co Chair and Trustee of the Bill & Melinda Gates Foundation, Melinda Gates, di ruang tunggu Suma 1, Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (23/3/2017), pagi. Pertemuan dengan istri orang paling kaya di dunia, Bill Gates, berlangsung sebelum Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam pertemuan, Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri BUMN Rini Soemarno.
Sementara Melinda Gates didampingi Sue Desmond-Hellmann, Chief Executive Officer, BMGF; Hari Menon, Policy & Government Relations Lead - South-East Asia, BMGF; Michael Wiegand, Director, Financial Services for the Poor, BMGF dan Maria Dinariati Maris (Inke Maris).
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 30 menit, Jokowi menunjukkan beberapa kartu yang merupakan bantuan sosial nontunai.
"Kami memiliki Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Program Keluarga Harapan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kami juga mulai memanfaatkan layanan perbankan," kata Jokowi.
Melinda mengapresiasi program bantuan sosial nontunai tersebut.
"Kami sangat mengapresiasi program tersebut. Dan kami banyak belajar selama beberapa hari berada di Indonesia dan dapat mengadopsinya untuk diterapkan di negara lain," kata Melinda.
Usai pertemuan, Darmin menyatakan pertemuan tersebut sebenarnya untuk mendiskusikan sejumlah hal yang berkaitan dengan keuangan inklusif hingga pengentasan kemiskinan. Kedua belah pihak menyampaikan pemikirannya masing-masing untuk segera ditindaklanjuti ke tahap pelaksanaan.
"Tidak ada konklusi, tapi masing-masing menyampaikan dan akan disampaikan juga di tingkat yang lebih tinggi sehingga nanti lebih konkret," ujar Darmin kepada para jurnalis.
Rini menambahkan Melinda mengapresiasi sejumlah program prioritas nasional yang dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Bahkan, Melinda mengakui banyak pelajaran yang bisa diambil dari Indonesia untuk diajarkan ke negara lain.
Sri Mulyani mengatakan bahwa Melinda Gates sangat menghargai kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dengan Universitas John Hopkin yang didukung oleh Gates.
"Untuk penelitian mengenai nyamuk dan demam berdarah yang telah mencapai kemajuan dan diharapkan akan sangat bermanfaat tidak hanya bagi Indonesia namun bagi negara-negara lain yang menghadapi permasalahan sama," kata Sri Mulyani.
Melinda Gates juga melihat pelaksanaan program keluarga berencana di Indonesia yang dianggap cukup berhasil dan inovatif.
"Yang melibatkan para tenaga kesehatan yang dilengkapi komputer tablet untuk dapat melayani lebih baik para ibu-ibu terutama di daerah pedesaan dan terpencil," tutur Sri Mulyani.
Selain itu, The Bill & Melinda Gates Foundation menginginkan agar warga negara Indonesia yang memiliki rekening tabungan terus bertambah yang semula hanya 36 persen menjadi 75 persen. Mengingat saat ini Indonesia telah mencanangkan program strategi nasional tentang keuangan inklusif dan juga membentuk suatu Dewan Nasional Keuangan Inklusif.
"The Bill and Melinda Gates melihat strategi nasional Presiden tersebut sebagai suatu kemajuan yang luar biasa diantara negara-negara lain sehingga dari negara-negara yang mereka bantu Afrika, Latin Amerika, terpilih delapan negara yang menjadi prioritas mereka termasuk Indonesia," ucap Inke Maris.
Oleh karena itu, Bill and Melinda Gates bertekad membantu pemerintah Indonesia untuk mengembangkan program keuangan inklusif ke seluruh daerah di Tanah Air. Namun, pengembangan tersebut harus disesuaikan dengan arah perkembangan perbankan nasional.
"Inilah bantuan yang ditawarkan oleh The Bill and Melinda Gates," ujar Inke.
Untuk diketahui, keuangan inklusif memiliki tujuan agar masyarakat pedesaan yang jauh dari kebiasaan, yang jauh dari cabang-cabang bank bisa mengakses dan bisa menjadi nasabah melalui mobile phone atau melalui agen-agen. Bahkan saat ini sejumlah negara di Asia telah menjalankan program keuangan inklusif sehingga Indonesia bisa belajar dari negara-negara tersebut.
"Kalau di Asia, Bangladesh, India, Pakistan, Afrika, Nigeria, Uganda, mereka sudah lebih dulu daripada Indonesia menjalankan keuangan (inklusif). Jadi mungkin (Indonesia) juga bisa belajar dari negara-negara tersebut," ucap Inke.
Dalam pertemuan, Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri BUMN Rini Soemarno.
Sementara Melinda Gates didampingi Sue Desmond-Hellmann, Chief Executive Officer, BMGF; Hari Menon, Policy & Government Relations Lead - South-East Asia, BMGF; Michael Wiegand, Director, Financial Services for the Poor, BMGF dan Maria Dinariati Maris (Inke Maris).
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 30 menit, Jokowi menunjukkan beberapa kartu yang merupakan bantuan sosial nontunai.
"Kami memiliki Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Program Keluarga Harapan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kami juga mulai memanfaatkan layanan perbankan," kata Jokowi.
Melinda mengapresiasi program bantuan sosial nontunai tersebut.
"Kami sangat mengapresiasi program tersebut. Dan kami banyak belajar selama beberapa hari berada di Indonesia dan dapat mengadopsinya untuk diterapkan di negara lain," kata Melinda.
Usai pertemuan, Darmin menyatakan pertemuan tersebut sebenarnya untuk mendiskusikan sejumlah hal yang berkaitan dengan keuangan inklusif hingga pengentasan kemiskinan. Kedua belah pihak menyampaikan pemikirannya masing-masing untuk segera ditindaklanjuti ke tahap pelaksanaan.
"Tidak ada konklusi, tapi masing-masing menyampaikan dan akan disampaikan juga di tingkat yang lebih tinggi sehingga nanti lebih konkret," ujar Darmin kepada para jurnalis.
Rini menambahkan Melinda mengapresiasi sejumlah program prioritas nasional yang dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Bahkan, Melinda mengakui banyak pelajaran yang bisa diambil dari Indonesia untuk diajarkan ke negara lain.
Sri Mulyani mengatakan bahwa Melinda Gates sangat menghargai kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dengan Universitas John Hopkin yang didukung oleh Gates.
"Untuk penelitian mengenai nyamuk dan demam berdarah yang telah mencapai kemajuan dan diharapkan akan sangat bermanfaat tidak hanya bagi Indonesia namun bagi negara-negara lain yang menghadapi permasalahan sama," kata Sri Mulyani.
Melinda Gates juga melihat pelaksanaan program keluarga berencana di Indonesia yang dianggap cukup berhasil dan inovatif.
"Yang melibatkan para tenaga kesehatan yang dilengkapi komputer tablet untuk dapat melayani lebih baik para ibu-ibu terutama di daerah pedesaan dan terpencil," tutur Sri Mulyani.
Selain itu, The Bill & Melinda Gates Foundation menginginkan agar warga negara Indonesia yang memiliki rekening tabungan terus bertambah yang semula hanya 36 persen menjadi 75 persen. Mengingat saat ini Indonesia telah mencanangkan program strategi nasional tentang keuangan inklusif dan juga membentuk suatu Dewan Nasional Keuangan Inklusif.
"The Bill and Melinda Gates melihat strategi nasional Presiden tersebut sebagai suatu kemajuan yang luar biasa diantara negara-negara lain sehingga dari negara-negara yang mereka bantu Afrika, Latin Amerika, terpilih delapan negara yang menjadi prioritas mereka termasuk Indonesia," ucap Inke Maris.
Oleh karena itu, Bill and Melinda Gates bertekad membantu pemerintah Indonesia untuk mengembangkan program keuangan inklusif ke seluruh daerah di Tanah Air. Namun, pengembangan tersebut harus disesuaikan dengan arah perkembangan perbankan nasional.
"Inilah bantuan yang ditawarkan oleh The Bill and Melinda Gates," ujar Inke.
Untuk diketahui, keuangan inklusif memiliki tujuan agar masyarakat pedesaan yang jauh dari kebiasaan, yang jauh dari cabang-cabang bank bisa mengakses dan bisa menjadi nasabah melalui mobile phone atau melalui agen-agen. Bahkan saat ini sejumlah negara di Asia telah menjalankan program keuangan inklusif sehingga Indonesia bisa belajar dari negara-negara tersebut.
"Kalau di Asia, Bangladesh, India, Pakistan, Afrika, Nigeria, Uganda, mereka sudah lebih dulu daripada Indonesia menjalankan keuangan (inklusif). Jadi mungkin (Indonesia) juga bisa belajar dari negara-negara tersebut," ucap Inke.