Belajar dari Kasus Ahok, NU Disarankan Jangan Terima Cagub Dulu

Senin, 06 Februari 2017 | 14:16 WIB
Belajar dari Kasus Ahok, NU Disarankan Jangan Terima Cagub Dulu
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menyampaikan pidato kebudayaan saat Harlah ke-91 Nahdlatul Ulama di Jakarta, Selasa (31/1) [Antara/M Agung Rajasa].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Lukman Edy menyarankan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama jangan menerima kunjungan para kandidat kepala daerah menjelang pilkada serentak. Lukman tidak ingin organisasi NU dimanfaatkan untuk kepentingan politik peserta pilkada.

"Sebaiknya PBNU tidak menerima calon-calon kepala daerah dalam waktu dekat ini. Pasti akan dimanfaatkan. Makanya kalau yang kemarin (kasus calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni) sudahlah, menjelang pemilihan ini nggak usahlah menerima-menerima lagi," kata Lukman di DPR, Jakarta, Senin (6/2/2017).

‎Hal ini menyusul polemik berkepanjangan menjelang pilkada Jakarta yang menyeret-nyeret nama NU. Puncaknya, acara Istighosah Kebangsaan Warga Nahdliyin Jakarta yang dihadiri calon gubernur Jakarta petahana Basuki Tjahjaja Purnama (Ahok) di rumah Ketua Umum PPP Djan Faridz, Menteng, Minggu (5/2/2017), sore.‎‎

‎Acara yang dihadiri Ahok tersebut kemudian diprotes Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta dan Gerakan Pemuda Ansor -- organisasi yang berafiliasi dengan NU.

"Jadi lebih baik, setelah pilkada selesai baru kita undang Ahok," ‎kata Lukman.

Istighosah Kebangsaan Warga Nahdliyin Jakarta, selain dihadiri Ahok, juga dihadiri Nur Muhammad Iskandar SQ, Ketua Relawan Nusantara NU dan Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Taufik Damas, Nurson Wahid, juga Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang Nuril Arifin Husein atau Gus Nuril.

Di acara tersebut, Gus Nuril bercerita bahwa kyai besar NU Maimoen Zubair juga keturunan Tionghoa.

"Kemarin (beberapa waktu lalu) dalam pertemuan Kapolri dengan para ulama, ada pesan dari Maimoen Zubair," kata Gus Nuril.

"Beliau kiai, sesepuh, ulama NU yang sudah berusia 94 tahun. Bahwa ternyata Kyai Maimoen Zubair itu bapaknya berasal dari Bangka Belitung yang bernama Kiai Zubair. Dan Kiai Zubair ada keturunan dari Aga Khan, yaitu saudaranya Kubilai Khan (Raja Mongolia)," Gus Nuril menambahkan.

Dia menjelaskan dari Bangka Belitung, ayah Maimoen pindah ke Sarang, Rembang, Jawa Tengah, dan memperistri putri kiai NU di sana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI