Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) lebih tepat disebut sebagai tokoh kemanusiaan karena gagasan dan pemikirannya melampaui segala sekat yang secara profan seringkali digunakan sebagai alat penundukan dan penindasan.
"Cita-citanya bukan hanya memastikan kemajemukan Indonesia tetap terjaga tetapi juga sepenuhnya ditujukan untuk memenuhi hak asasi manusia yang merupakan artikulasi otentik sikap beragama yang sebenarnya," kata Hendardi dalam pernyataan tertulis, hari ini.
Hendardi menambahkan gagasan dan pikiran Gus Dur juga tersemai dalam memandu cita-cita Setara Institute, dimana Gus Dur menjadi salah satu pendiri organisasi ini.
Hendardi mengatakan jika menyimak situasi mutakhir Indonesia hari ini, Gus Dur pasti akan bersuara paling nyaring menentang berbagai aksi intoleransi, politisasi identitas, dan ancaman terhadap kemajemukan Indonesia.
"Meski tidak lagi bersuara, ajaran Gus Dur menyebar di banyak kalangan yang hari ini bahu membahu merawat kemajukan Indonesia," kata dia.
Mengenang Gus Dur adalah merawat kemajemukan dan kemanusiaan, kata Hendardi.
"Tidak ada obar penawar lain bagi bangsa yg majemuk kecuali terus menerus mengelola dan merawat kemajemukan sehingga menghasilkan produk kerukunan, toleransi, dan penghargaan terhadap kemanusiaan," tutur Hendardi.