Dana kampanye hasil kolekan pendukung yang dikumpulkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat paling banyak dibandingkan dua pasangan lawan, yakni sebesar Rp48 miliar. Dana ini telah dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta.
Ahok mengatakan besarnya dana kampanye hasil sumbangan pendukung telah mematahkan stigma yang menyebutkan untuk jadi kepala daerah harus menghabiskan banyak uang untuk mencari dukungan. Ahok dan Djarot membuktikan bahwa mereka dibiayai oleh masyarakat.
"Dulu kan ada stigma yang mau jadi pejabat harus keluar uang, sekarang kita patahkan stigma itu," ujar Ahok di Jalan Lapangan Tembak, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2016).
Ahok kemudian menyebutkan teori tentang partisipasi publik. Teori ini menjelaskan tentang publik dapat dilibatkan dalam kampanye.
"Berarti teori kita partisipasi publik itu betul ada. Itu yang saya yakin," kata dia.
Ahok mengaku sama sekali tak mengeluarkan uang untuk membiayai kampaye menjelang pilkada Jakarta periode 2017-2022.
"Saya nggak keluar uang pribadi kampanye," tuturnya.
Suara.com - Bendahara tim pemenangan Ahok-Djarot, Charles Honoris, menjelaskan darimana dana tersebut.
"Dana masuk melalui website Ahok-Djarot, transfer bank, dan sumbangan di Rumah Lembang yang rata-rata Rp100 juta per hari," kata Charles Honoris di posko kampanye, Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/12/2016).
Pilkada Jakarta akan diselenggarakan pada 15 Februari 2017. Saat ini, para kandidat masih kampanye. Kampanye dimulai sejak 28 Oktober 2016 dan akan berakhir pada 11 Februari 2017.
Pilkada diikuti tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur yaitu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.