Presiden Erdogan Optimis Kudeta Militer Bisa Digagalkan

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 16 Juli 2016 | 08:27 WIB
Presiden Erdogan Optimis Kudeta Militer Bisa Digagalkan
Presiden Turki Tayyip Erdogan. (Reuters/Murad Sezer)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

 Militer Turki pada Jumat (15/7/2016) mengklaim telah mengambil alih kekuasaan, namun di sisi lain Presiden Tapyyip Erdogan masih yakin bahwa upaya kudeta akan digagalkan.

Jika berhasil menggulingkan Erdogan, yang berkuasa di Turki sejak 2003, kudeta tersebut akan menjadi fenomena pergantian kekuasaan terbesar di Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir--sekaligus mengubah salah satu sekutu Amerika Serikat paling penting di kawasan tersebut.

"Kami akan mengatasi (upaya kudeta) ini," kata Erdogan dalam sebuah video yang ditayangkan stasiun televisi CNN Turki.

Dia meminta pengikutnya untuk turun ke jalan demi membela pemerintah dan mengatakan bahwa para penggagas kudeta akan membayar mahal atas upaya ini.

Seorang sumber mengatakan bahwa Erdogan berbicara dari Marmaris, wilayah pesisir Turki pada masa liburannya. Erdogan berjanji akan segera kembali ke Ankara.

Perdana Menteri Binali Yildirim masih yakin pemerintahan terpilih tetap berkuasa.

Di sisi lain, beberapa bandar udara utama ditutup, akses media sosial diblok, dan tentara menutup dua jembatan utama di Bosphorus, Istanbul.

Pesawat tempur dan helikopter berterbangan di atas langit ibu kota Ankara. Sebuah ledakan bahkan terdengar di kota tersebut.

Pihak militer saat ini telah menguasai stasiun televisi negara TRT, sekaligus mengumumkan jam malam dan undang-undang darurat. Sang pembawa acara yang membacakan pernyataan militer mengatakan bahwa pemerintah telah melanggar prinsip demokrasi dan hukum sekuler.

Turki akan diperintah oleh "dewan perdamaian" yang akan memastikan keamanan warga, demikian pernyataan militer.

Tidak lama kemudian, TRT tidak mengudara.

Kantor Berita Anadolu mengatakan bahwa kepala staf militer Turki adalah salah satu pihak yang ditawan di Ankara. Beberapa tawanan saat ini ditahan di kantor pusat tentara.

Seorang sumber dari Uni Eropa mengatakan, "Ini adalah kudeta yang terorganisir oleh salah satu badan militer penting, bukan hanya beberapa kolonel." "Mereka telah menguasai beberapa bandara dan mengambil alih stasiun televisi dalam beberapa waktu dekat. Mereka juga menguasai beberapa titik strategis di Istablul," kata dia.

"Mengingat skala operasi ini, sangat sulit membayangkan pemerintah bisa menghentikannya. Ini bukan hanya aksi beberapa kolonel," kata sumber tersebut.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang mengeluarkan pernyataan bersama dari Moskow, meminta agar semua pihak menghindari pertumpahan darah. Negara-negara lain juga mengeluarkan pernyataan yang sama.

Turki, anggota NATO dengan kekuatan militer terbesar kedua, adalah salah satu sekutu penting Amerika Serikat dalam memerangi kelompok bersenjata ISIS.

Turki juga merupakan pendukung utama kelompok oposisi Suriah yang melawan kekuasaan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Sementara itu di Damaskus, Suriah, beberapa kelompok merayakan kabar tergulingnya Erdogan. Warga Aleppo di wilayah pemerintah juga turun ke jalan untuk merayakannya.

Sebelum dikudeta, Turki tengah menyatakan perang dengan kelompok separatis Kurdi. Selain itu, mereka juga sering menjadi sasaran bom dan penembakan massal pada tahun ini, termasuk dua serangan bunuh diri di Istanbul yang menewaskan 40 orang dua pekan lalu.

Dalam pernyataan awalnya, militer mengaku terpaksa mengambil alih kekuasaan untuk melindungi demokrasi dan hak asasi manusia. Semua hubungan luar negeri akan terus dilanjutkan dan penegakan hukum menjadi prioritas, kata militer.

Setelah menjadi perdana menteri sejak 2003, Erdogan terpilih menjadi presiden pada 2014. Dia berencana mengubah konstitusi untuk memberi kewenangan lebih pada presiden.

Pihak oposisi kemudian menuding Erdogan semakin otoriter. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI