Menteri Rizal Ajak Asing Miliki Saham Industri Pertahanan

Senin, 08 Februari 2016 | 10:11 WIB
Menteri Rizal Ajak Asing Miliki Saham Industri Pertahanan
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli tiba di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (12/10). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Rizal Ramli mengajak negara-negara di Asia Tenggara memegang saham minoritas industri pertahanan Indonesia. Dia menilai itu akan memperkuat industri dalam negeri.

"Indonesia mengajak negara-negara ASEAN memegang saham industri pertahanan Indonesia. Karena kalau mengandalkan pajak dalam negeri maka industri pertahanan kita tumpul," katanya di Mataram, Senin (8/2/2016).

Ajakan itu dikatakannya saat memberikan sambutan dalam acara 'Konvensi Nasional Media Massa, Refleksi Pers Nasional Menjawab Tantangan Pembangunan Poros Maritim dan Menghadirkan Kesejahteraan'. Rizal mencontohkan, industri pesawat Airbus ketika hanya dikuasai Prancis tidak laku. Namun ketika mengajak negara-negara Eropa, akhirnya bisa mengalahkan perusahaan Boeing.

Menurut dia, kalau negara-negara ASEAN memegang saham minoritas industri pertahanan maka mereka akan membeli peralatan perangnya dari Indonesia.

"Diharapkan industri pertahanan Indonesia menjadi raksasa. Misalnya memegang 20 persen saham PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia," ujarnya.

Menurut Rizal, saat ini merupakan momentum industri maritim Indonesia menjadi jagoan di tingkat global. Kondisi itu, ujar dia, karena industri maritim padat Sumber Daya Manusia dan kecenderungannya saat ini berada di Indonesia.

"Pembangunan kapal laut tadinya dilakukan negara Eropa, pindah ke Jepang karena mahal lalu ke Korea Selatan dan sekarang pindah ke Indonesia dan Vietnam," katanya.

Rizal mengatakan, Indonesia beberapa waktu lalu berhasil mengekspor kapal perang ke beberapa negara dan itu menunjukkan industri pertahanan dalam negeri sudah maju.

Namun, menurut dia, Indonesia masih kurang dalam hal "branding" dan "marketing" dalam memasarkan produk industri pertahanan dalam negeri. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI