Suara.com - Cina mengusulkan latihan militer bersama dengan negara-negara Asia Tenggara di Laut Cina Selatan pada tahun 2016. Termasuk dengan Indonesia.
Dua petinggi, Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ditanyai soal ajakan ini. Hasilnya, mereka beda pernyataan yang sangat jauh kepada wartawan.
Ryamizard mengatakan, tidak ada ajakan latihan militer bersama dari Menteri Pertahanan Cina untuk penyelamatan laut dan penanganan bencana di Laut Cina Selatan. Namun yang digagas Menhan Cina, Chang Wanquan adalah mengajak negara-negara ASEAN untuk patroli bersama di laut Cina Selatan.
"Bukan latihan bersama tapi patroli bersama. Kan mau mengamankan laut Cina Selatan, jangan dibiarkan doang dong, harus ada upaya," kata Ryamizard di Gedung DPR Jakarta, Senin (19/10/2015).
Menurutnya, patroli bersama antar negara-negara ASEAN yang digagas Cina pada 2016 itu perlu persiapan. Hal itu sudah dikoordinasikan beberapa bulan lalu.
"Patroli bersama kan tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba), perlu ada persiapan dulu. Kami sudah berkoordinasi sudah beberapa bulan," terangnya.
Sementara, Pernyataan Menhan ini bertolak belakang dengan Gatot Nurmantyo. Padahal mereka ditemui di tempat yang sama. Gatot mengatakan dengan tegas menolak ajakan latihan bersama Cina dengan negar-negara ASEAN di Laut Cina Selatan.
Terkait hal itu, dia menjelaskan, latihan bersama berbeda dengan patroli bersama yang bertujuan untuk perdamaian negara-negara yang bertikai di laut Cina Selatan. Menurutnya berbeda dengan latihan militer bersama yang cenderung latihan perang.
"Patroli bersama ini untuk perdamaian, kalau latihan perang untuk perang. Jadi perdamaian, dalam pembukaan UUD 45', kita ikut menjaga ketertiban perdamaian dunia. Kenapa tidak boleh (patroli bersama). Tidak ada perang kedepan, dan Cina tidak akan mengklaim (laut Cina Selatan," tandasnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini menambahkan, hubungan Indonesia dengan Tiongkok cukup baik. Ia menilai, persoalan tersebut sengaja ada yang membesar-besarkan isunya.