Bagi anda yang tengah berwisata ke Kota Surabaya, Jawa Timur, jangan pernah melewatkan kesempatan mengunjungi Tugu Pahlawan. Tugu ini adalah simbol dari Kota Surabaya.
Tugu yang kini menjadi objek wisata tersebut terletak persis di jantung kota Surabaya. Tinggi monumen ini adalah 41,15 meter dan berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Sejarahnya, Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 yang legendaris di Surabaya. Kala itu, arek-arek Suroboyo berjuang melawan pasukan Sekutu yang mendukung Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 November untuk mengenang peristiwa pada tahun 1945 yang mengakibatkan banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan.
Baca Juga: Tahun Baru 2017, Pengunjung Pantai Pasir Putih Naik 20 Persen
Monumen Tugu Pahlawan berseberangan persis dengan Kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu Pahlawan kini berkembang menjadi ikon utama Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Berdiri di atas tanah lapang seluas 1,3 hektare, dan secara administratif berada di wilayah Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya.
Pantauan Suara.com yang mengunjungi lokasi pada Selasa (27/6/2017), komplek lapangan Monumen Tugu Pahlawan mengalami perubahan dibanding dulu. Ketiga sisi luar lapangan monumen kini dipenuhi dengan taman bunga. Bagian dalam lapangan, sisi barat maupun timur juga dipenuhi berbagai taman bunga. Namun di antara blok-blok taman bunga tersebu, terdapat sejumlah patung pahlawan Perang 10 November 1945.
Uniknya, ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang menjadi pemrakarsa, sekaligus arsitek monumen yang terletak di Jalan Pahlawan Surabaya ini. Menurut Gatot Barnowo, monumen ini diprakarsai oleh Doel Arnowo, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Daerah Kota Besar Surabaya. Kemudian ia meminta Ir. Tan untuk merancang gambar monumen yang dimaksud, untuk selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.
Baca Juga: Wali Kota Bukittinggi Larang Warnet Beroperasi Selama Ramadan
Sedangkan menurut Ir. Soendjasmono, pemrakarsa monumen ini adalah Presiden Soekarno sendiri. Gagasan Bung Karn ini mendapat perhatian khusus dari Walikota Surabaya, Doel Arnowo. Untuk perencanaan dan gambarnya diserahkan kepada Ir. R. Soeratmoko, yang telah mengalahkan beberapa arsitektur lainnya dalam sayembara untuk pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini.