Cerita Pendiri Produk Perawatan Tubuh Alami Ini Berdayakan Petani

Senin, 22 Mei 2017 | 10:22 WIB
Cerita Pendiri Produk Perawatan Tubuh Alami Ini Berdayakan Petani
Nadya Saib pendiri Wangsa Jelita (Suara.com/Firsta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wangsa Jelita. Di kalangan perempuan, merek ini telah menjadi 'top of mind' untuk produk perawatan tubuh buatan lokal dengan bahan-bahan natural. Di balik nama Wangsa Jelita, ada sosok Nadya Saib yang bersahaja dan tak pernah lelah mendorong perempuan Indonesia meraup kesuksesan seperti dirinya.

Pada konferensi WomenWill yang diadakan Google Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu, Nadya membagi pengalamannya membangun bisnis yang hanya bermodalkan dana Rp1,5 juta pada awal 2008 lalu.

Tak sendiri, Nadya menggandeng Fitria Muftizal dan Amirah Alkaff, rekan kuliahnya semasa menimba ilmu farmasi di Institut Teknologi Bandung.

"Aku pengin banget punya usaha kecantikan, dan ini juga yang membuat aku ambil jurusan farmasi pas kuliah. Bersama Fitri dan Amirah, aku bikin usaha sabun natural yang dulu namanya belum Wangsa Jelita tapi Sapo," ujar Nadya pada Suara.com, beberapa waktu lalu.

Embel-embel sabun natural memang sengaja ditonjolkan Nadya dalam produk Wangsa Jelita. Pasalnya, tak sedikit produk perawatan tubuh yang memiliki cap natural meski sebenarnya tidak 100 persen alami.



"Kita menyadari penggunaan label natural itu belum ada aturannya di Indonesia. Kita pernah iseng beli sabun apel, tapi pas cek bahan-bahan yang digunakan tidak ada yang natural," ujar perempuan kelahiran 1987 silam ini.

Tak mau mengelabui konsumen dengan jebakan 'natural', dia benar-benar fokus menggunakan bahan alami dalam pembuatan produk Wangsa Jelita. Meski begitu, Nadya tak memungkiri tetap menggunakan bahan kimia dalam produknya, yaitu air.

"Kita akhirnya bikin sabun natural apel sebagai produk pertama, dan memang benar-benar terbuat dari apel," tambah dia.

Hingga akhirnya pada 2009, Nadya dan ketiga temannya memilih nama Wangsa Jelita untuk mewakili produk kecantikan yang dibuatnya. Nama Wangsa Jelita diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti bangsa yang jelita sesuai dengan fokus bisnis mereka di bidang kecantikan.

Memulai dari produk sabun mandi, kini Wangsa Jelita telah berkembang menjadi beragam produk lain terdiri dari lotion, body butter, body scrub, body mist, beauty oil, beragam produk perawatan rambut hingga wajah. Selain di Bandung, gerai Wangsa Jelita bisa ditemukan di Jakarta dan Bali.

Perempuan kelahiran Balikpapan inipun memaparkan, tidak melakukan 'animal testing' seperti yang masih dilakukan beberapa produk kecantikan lainnya. Dia langsung menguji efektivitas produknya pada lingkaran terdekat, baik teman maupun keluarga.

"Kalau animal testing, belum tentu di manusia cocok. Sedangkan kalau langsung kita uji coba di kulit, bisa terlihat manfaatnya benar-benar terasa atau tidak. Masi juga ingin mendapat masukan yang jujur agar produk kammi benar-benar berkualitas," ungkap dia.

Yang membedakan Wangsa Jelita dengan produk kecantikan lain, kata dia, orientasi yang tak hanya mengejar keuntungan. Sesuai tagline 'with social impact' yang digaungkannya, Wangsa Jelita juga berkontribusi dalam memberdayakan beberapa kelompok petani.

Dia berkisah, saat akan mencari varian lain dari sabun alami yang akan dibuat Wangsa Jelita, mereka bertemu dengan kelompok petani mawar. Padahal, mulanya mereka berpikir akan bekerjasama dengan petani stroberi yang memang banyak ditemukan di Bandung.

"Saat itu kami terbuka mata, karena mawar itu penjualannya mengikuti momen. Ada beberapa waktu yang hasil panen mereka tidak terjual sama sekali. Akhirnya kita memutar otak, dan memutuskan untuk menggandeng petani mawar di Lembang agar hasil panennya bisa kami beli," ujar Nadya.

Pertemuannya dengan petani mawar benar-benar mengetuk hati Nadya dan kedua temannya untuk menjadikan Wangsa Jelita sebagai bisnis sosial. Tercatat, lima komunitas berbeda yang digandeng Wangsa Jelita, salah satunya pengrajin UKM yang bertanggungjawab dalam pengemasan produk.

Baca Juga: Dorong Perempuan Berbisnis, Google Gelar Konferensi Womenwill


"Kami memilih pengrajin rumahan untuk mengemas produk Wangsa Jelita ketimbang pabrik besar. Hal ini membuat Wangsa Jelita lebih bermanfaat tidak hanya untuk kami dan pelanggan tapi juga pengrajin UKM," ujar dia.

Di era perkembangan teknologi seperti saat ini, Nadya pun berujar, pemanfaatan teknologi seperti website, media sosial, dan mesin penelusuran sangat penting untuk membuat bisnisnya bertahan. Apalagi, kini masyarakat lebih senang membeli secara online dibandingkan mendatangi langsung di toko.

"Punya e-commerce itu sama kayak rumah kedua kami, di mana orang-orang bisa tahu promosi Wangsa Jelita, informasi produk dan kemudahan bagi mereka untuk membeli. Kami juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Begitu juga dengan Google Analytic dimana aku bisa tahu siapa customer aku dan mendapatkan insight untuk strategi berikutnya," tambah dia.

Untuk menularkan kesuksesannya pada perempuan muda di Indonesia, Nadya juga disibukkan sebagai pembicara di berbagai seminar dan membuat kelas bertema empowerment bekerjasama dengan British Council.

"Awal tahun ini aku baru mulai bikin kelas empowerment untuk mengedukasi perempuan dalam hal soft skill agar bisa tampil percaya diri dan bisa berhasil di bidang yang sedang digeluti. Intinya perempuan juga bisa sukses kok," imbuh dia.

Nadya pun berharap Wangsa Jelita bisa tumbuh menjadi sebuah dinasti, yang tak hanya memproduksi produk kecantikan tapi juga diwujudkan dengan cara yang cantik yakni dengan menebar manfaat pada komunitas lokal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI