Suara.com - Di bawah rel kereta atau Bareta di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, sebuah komunitas fotografi di bentuk pada 2 September 2014.
Hasil ide dari Yusuf Salam, Mufti Nur Ichrom, Toni dan Jailani, akhirnya komunitas fotografi 105 Signal berdiri.
Dibentuk bukan sekadar untuk memenuhi hobi akan dunia foto, tetapi juga menampilkan sisi lain setiap kelompok yang kurang mendapatkan perhatian.
"Kami ingin menampilkan orang-orang yang melestarikan seni budaya, anggota pemadam kebakaran, relawan dan lain-lain. Mereka kekurangan alat campaign. Ya, sudah kita potret gratis," papar Ketua sekaligus juru bicara komunitas 105 Signal, Yusuf Salam.
Baca Juga: Hari Ini Presiden Jokowi Resmikan Jalan Tol Tanjung Priok
Beberapa program dari komunitas ini di antaranya adalah "frameless heroes" dan "saudara kita".
"Kenapa frameless heroes, karena kita mau menunjukkan sisi pahlawannya. Kita mau teman-teman di pemadam kebakaran misalnya, terlihat seperti pahlawan, mereka ini guardians of the city," tambah dia.
Yusuf sadar bahwa lewat komunitas ini, ia hanya mampu memberikan sedikit bantuan melalui foto secara cuma-cuma kepada pihak tertentu.
"Ini salah satu kontribusi kita, kita tidak bisa kasih hal lain, hanya sekadar foto dan foto tersebut bisa digunakan untuk kepentingan mereka," paparnya lagi ditemui di tempat yang sama saat 105 Signal dibentuk empat tahun lalu.
Baca Juga: Jangan Biarkan Menteri ESDM Sendirian Hadapi Freeport
105 Signal sendiri diisi oleh segala macam latar belakang yang mencintai dunia fotografi mulai dari PNS, polisi, teknisi IT, Chef bahkan seniman.
Yusuf mengaku, dalam event fotografi besar yang dihelat 105 Signal, kadang ada oknum fotografer diuar komunitas 105 signal yang berprilaku kurang pantas terutama dalam acara fun hunting. "Perilaku tak pantas dalam arti tidak adil dalam memperlakukan model sebagai subjek foto. Jika hal itu terjadi, tim 105 Signal sebagai empunya acara akan menindak dengan cara menegur yang bersangkutan agar taat aturan atau rule of game yang telah disepakati," papar Yusuf.