Menelusuri Jejak Tari Topeng di Gunungsari Malang Sejak 1915

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 22 Februari 2017 | 09:21 WIB
Menelusuri Jejak Tari Topeng di Gunungsari Malang Sejak 1915
Grup Tari Topeng di Gunungsari, Malang, Jawa Timur. [Dok Pribadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tak disangka, ternyata masih ada salah satu grup wayang Topeng yang hingga saat ini masih mampu bertahan di daerah Jabung, Malang, Jawa Timur. "Nyawa" grup tersebut saat ini ada di tangan bapak Kangsen.

Bapak Kangsen adalah penyambung sejarah wayang Topeng yang pernah hidup pada masa Pak Rusman, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kek Tir (karan anak).

Pak Kangsen, sebagaimana disampaikan oleh juru bicara Kampung Budaya Polowijen, Ki Demang, bahwa keberadaan wayang Topeng di Jabung pada masa Pak Rusman yang kala itu dikelola pada rentang waktu 1915-1958.

Baca Juga: Kampung Budaya Polowijen, Penggerak Ekonomi Kreatif di Malang

Pascameninggalnya pak Rusman, kepengurusan Wayang Topeng dilanjutkan oleh pak Kangsen. "Selama pengabdiannya, pak Kangsen mendedikasikan diri sebagai dalang. Sementara, penanggung jawab tari dipegang oleh Pak Samoed dan Pak Tirtonoto. Tahun 1974, Pak Samoed meninggal. Kemudian disusul Pak Tirtonoto, dan Pak Kangsen pun meninggal," ungkap Ki Demang di Polowijen Malang, Rabu (22/2/2017).

Dituturkan Ki Demang, sepeninggalnya tokoh-tokoh topeng tersebut, kegiatan Tari Topeng Jabung tetap dilestarikan oleh dua grup Tari Topeng, yaitu grup 'Wiro Bhakti' pimpinan Pak Supardjo di Desa Argosari, dan 'Darmo Langgeng' pimpinan Pak Darmaji di Desa Gunungjati.

"Sejarah singkat keberadaan Wayang Topeng di Jabung ini merupakan hasil studi banding pengurus Kampung Budaya Polowijen ke sentra pengrajin topeng Malangan, dan sanggar tari topeng Malangan," ujar Ki Demang.

Ki Demang mengatakan, studi banding pengurus Kampung Budaya Polowijen dimaksudkan untuk menimba ilmu dari anak dan anak murid-murid Mbah Kangsen, diantaranya, mbah Kari, Misdi, Suparjo, Tajab, dan Tamat.

"Mereka sangat senang dengan kedatangan kami. Apalagi kami berasal dari Polowijen, kampungnya Ki Tjondro Suwono alias Mbah Reni sebagai penemu/pencipta topeng Malangan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI