Suara.com - Tahukah Anda, jika masyarakat Jepang termasuk dalam orang-orang yang tak memiliki kehidupan seks yang cukup? Hal ini diyakini karena mayoritas penduduk Jepang memiliki keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi yang buruk.
Karenanya, penduduk Jepang merasa tak memiliki dorongan seks lagi dalam kesehariannya. Yang jelas, ternyata hal ini bisa memberikan konsekuensi serius terhadap negara tersebut.
Selama bertahun-tahun, tingkat kesuburan di Jepang memang menurun. Menurut perhitungan terakhir, penduduk Jepang bahkan bisa punah dalam waktu 1.750 tahun.
Sekarang, pada akhir 2016, pemerintah negeri Bunga Sakura tersebut memperkirakan bahwa hanya akan ada 981.000 bayi yang lahir di Jepang tahun ini. Angka Ini menurun sebanyak 25 ribu dari tahun lalu dan akan semakin memperlebar kesenjangan antara tingkat kesuburan dan tingkat kematian, yang pada tahun ini mencapai 1,3 juta.
Ini juga pertama kalinya dalam 117 tahun, bahwa jumlah bayi yang lahir di Jepang, menurun menjadi di bawah 1 juta. Ya, kehidupan seks penduduk Jepang baru saja menurun ke posisi terendah selama 117 tahun terakhir.
The Japan Times melaporkan bahwa Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan percaya bahwa alasan utama di balik ini adalah penurunan populasi perempuan berusia 20-an dan 30-an.
Jika komposisi umur penduduk Jepang tak segera berubah, tingkat kelahiran akan terus menurun, yang akan memiliki efek dramatis pada pekerjaan dan perekonomian di negara tersebut.
Kementerian saat ini juga terus mendukung masyarakatnya untuk memiliki dan membesarkan anak dengan membuat berbagai program, seperti membuat proses memiliki anak tak menakutkan, menyelenggarakan lokakarya ayah dan kelas pengasuhan.
Orang-orang muda di Jepang juga harus mulai membuat bayi.