Suara.com - Pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah atau hemodialisis, memiliki risiko tinggi tertular virus hepatitis C. Menurut dr Irsan Hasan SpPD-KEGH dari FKUI RSCM, angka kejadian hepatitis C pada pasien cuci darah memang sangat tinggi.
Hal ini disebabkan risiko penularan hepatitis C mungkin terjadi melalui pemakaian mesin cuci darah yang sama sehingga saling menularkan. Bahkan, Ia menyebut 70 persen pasien di sebuah klinik cuci darah mengidap hepatitis C.
"Jadi bisa tertular dari mesin cuci darah walau disterilisasi tapi kemungkinan untuk lolos kan masih ada," ujar dia dalam seminar awam yang dihelat Prodia di Jakarta, Sabtu (5/8/2017).
Infeksi hepatitis C sendiri telah menjadi wabah global. Bahkan, virus ini menginfeksi lima kali lebih banyak dibandingkan Human Immunodeficiency Virus (HIV). WHO mencatat, sekitar 170 juta umat manusia terinfeksi virus hepatitis C dan jutaan diantaranya baru terinfeksi setiap tahunnya.
Baca Juga: Izin Dipersulit, Pasien Hepatitis C Sulit Dapatkan Obat
Dokter Irsan menyebut, infeksi virus ini seringkali tidak menunjukkan gejala meski infeksi telah menjangkit bertahun-tahun lamanya. Jika pengidap hepatitis C mengalami gejala, maka keluhan yang kerap dialami antara lain rasa lelah, mual, dan rasa sakit di bagian perut bawah.
"Harus dikhawatirkan dari infeksi virus hepatitis C adalah kerusakan hati yang bisa berujung sirosis dan gagal hati atau bahkan kanker hati. Vaksin untuk hepatitis C juga tidak ada sehingga pencegahan begitu penting dilakukan," tambah dia.
Virus hepatitis C sendiri paling berisiko diidap oleh pecandu narkoba, penerima transfusi darah, pemilik tato, pasien cuci darah atau bayi dari ibu yang terinfeksi.
"Kabar baiknya, hepatitis C bisa disembuhkan. Kesembuhannya pun hampir 100 persen. Meski demikian pasien yang sudah diobati tetap bisa terkena penyakit hepatitis C lagi namun pengobatan bisa dilakukan kembali," pungkas dia.
Baca Juga: Awas, Inilah Bahaya Penyakit Hepatitis C