Suara.com - Sebagian dari Anda tentu berpikir kemoterapi merupakan satu-satunya cara mengatasi kanker. Padahal, tak semua stadium kanker membutuhkan penanganan kemoterapi.
Dr. dr. Nugroho Prayogo, SpPD-KHOM, Spesialis penyakit dalam Konsulen Hemato Onkologi Medis RS Kanker Dharmais Jakarta, mengunkapkan, penanganan kemoterapi kerap digunakan sebagai metode lanjutan usai tindakan operasi pengangkatan tumor.
"Karena kalau hanya operasi saja, risiko kekambuhan memang kecil, tapi tetap ada. Jadi beberapa dokter melakukan kemoterapi dengan tujuan sel kankernya yang masih tersisa bisa dimatikan," ujar dia pada temu media di Jakarta, Selasa (14/6/2017).
Pemberian kemoterapi pada jenis kanker stadium dini dianggap berlebihan. Sehingga, justru dapat meningkatkan risiko pertumbuhan sel kanker baru di organ lainnya. Untuk itu, dia mengimbau pemberian kemoterapi harus melihat manfaat dan risikonya.
Baca Juga: Hebat! Lelaki Penderita Kanker Ini "Taklukkan" Gunung Everest
"Jangan sampai kemoterapi hanya menyisakan kebotakan dan efek samping lainnya yang membuat pasien tidak nyaman, tapi sel kankernya tidak benar-benar mati," imbuh dia.
Lebih lanjut, dr Nugroho mengungkapkan, obat kemoterapi pada dasarnya tak hanya bersifat merusak sel kanker, tapi juga merusak sel yang sehat. Untuk itu, penting bagi para dokter memastikan sifat kanker yang diderita si pasien tergolong ganas atau jinak.
"Ada beberapa metode untuk menilai keganasan kanker pada stadium dini, di antaranya faktor klinis dan patologis. Itu yang saat ini ada, tapi akurasinya memang tidak sebagus pemeriksaan secara genomis," imbuhnya.
Dalam kesempatan sama, Ahmad Rusdan H. Utomo PhD, Peneliti Utama Divisi Penelitian Genetik Kanker Stem Cell & Cancer Institute Kalbe Farma, memperkenalkan metode mutakhir untuk mendeteksi keganasan kanker payudara pada stadium dini yakni 'mammaprint'.
Melalui pemeriksaan genomis ini, dokter bisa menilai aktivitas gen-gen yang memengaruhi sifat keganasan kanker. Hasil tes ini akan menentukan apakah pasien perlu mendapatkan kemoterapi atau tidak.
Baca Juga: Dua Artis Meninggal Akibat Kanker, Ini Pentingnya Deteksi Dini
"Jadi hasil tes ini akan menggolongkan sifat kanker yang diderita pasien dalam dua kelompok risiko, yakni low risk dan high risk. Kalau low risk tidak perlu diberikan kemoterapi karena justru dapat memicu pertumbuhan sel kanker baru," tandasnya.